Rabu, 17 Februari 2021

KIAT MENULIS BUKU DALAM SATU MINGGU

 

KIAT MENULIS BUKU DALAM SATU MINGGU

RESUME KESEMBILAN BELAS:

Oleh Ati Rohaeti

 


 

S

enin, 15 Februari 2021 menjadi malam yang sangat spesial sebab dapat mengikuti kelas belajar menulis dengan moderator dan pemateri yang amat luar biasa. Pertemuan yang dipandu Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd., dengan narasumber Prof. Dr. Ir. Richardus Eko Indrajit, M.Sc., MBA., Mphil., MA., ini berhasil memotivasi peserta agar semakin tertarik menulis buku. Berikut pengalaman pelatihan kesembilan belas yang saya dapatkan.

PADA AWAL KEGIATAN, Om Jay memberi sapaan untuk seluruh peserta dalam pelatihan menulis. Kemudian, selang beberapa waktu dilanjutkan oleh moderator sebagai pemandu kegiatan pelatihan kesembilan belas ini. Dalam pembukaannya, moderator berterima kasih pada narasumber yang telah berkenan memberikan materi dengan tema “Kiat Menulis Buku Satu Minggu”. Bersamaan dengan disebutkannya tema pelatihan malam itu, moderator pun memberikan penjelasan terkait perjalanan prestasi narasumber.

Richardus Eko Indrajit, lahir di Jakarta, 24 Januari 1969. Ia dikenal sebagai akademisi dan pakar teknologi informatika asal Indonesia. Selain dikenal sebagai pakar teknologi, Eko Indrajit sendiri merupakan seorang pendidik, narasumber berbagai acara diskusi, dan penulis buku serta jurnal yang dipublikasikan di dalam maupun luar negeri. Tidak hanya produktif, Eko pun aktif menjadi anggota Pengurus Besar PGRI dan menjadi ketua PGRI Smart Learning Center and Character (PSLCC) yang bertempat di Jakarta Pusat. Riwayat hidupnya ini dapat ditemukan dalam berbagai laman di internet, sebab begitu dikenalnya beliau sebagai teladan banyak orang –khususnya para penulis pemula.

Setelah moderator selesai menjelaskan secara singkat riwayat hidup narasumber, Ibu Aam kemudian memberikan kesempatan pada narasumber untuk menyapa peserta dan mempersilakannya memaparkan materi pelatihan kali ini.  Beliau dengan asyik memberikan pengandaian untuk menggambarkan materi yang ia bawakan.

Bukankah hari-hari kita sebagai manusia diisi dengan bercerita satu sama lain? Ya, manusia tidak lepas dari kegiatan tersebut sebab hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan identitas di masyarakat. Salah satu cara mempertahankannya ialah berbagi, baik pengalaman, materi, bahkan cerita. Hal ini tidak lain membutuhkan media untuk menyampaikannya yang disebut bahasa. Bahasa mewakili setiap manusia mengungkapkan keinginan dan keluh kesahnya. Entah disampaikan secara lisan atau tulisan.

Hubungannya dengan tema pelatihan ini ialah bagaimana proses kita berbahasa sebagai manusia dijadikan bahan menulis sebuah buku dalam waktu singkat. Bayangkan saja, setiap saat kita bercerita, berceloteh, dan berkeluh kesah ke sana ke mari saat berjumpa dengan seseorang. Seandainya cerita, celotehan, dan keluh kesah dilakukan selama seminggu penuh dan dituliskan menjadi sebuah tulisan, sudah berapa cerita, ide, dan halaman yang terisi.

Beliau bahkan memberikan contoh nyata bahwa dalam seminggu, setiap ucapan dan kejadian yang dialami dan dituliskan oleh kita akan menghasilkan sebuah lembaran-lembaran cerita yang dapat dibukukan. Suatu waktu, Prof. Eko mengikuti proses belajar online bersama anaknya yang duduk di bangku sekolah dasar. Ia mengamati bagaimana proses belajar, kemudian berbincang dengan guru anaknya yang turut dalam pembelajaran hari itu. Mereka membicarakan masalah belajar online sejak pukul delapan hingga dua belas siang. Setelah itu, ia mengamati anak dan ibunya yang asyik tertawa sambil mengerjakan tugas untuk keesokan harinya. 

Sekadar coba-coba, ia menuliskan pengalamannya tersebut dalam sebuah catatan pribadi. Tanpa beliau sadari, catatan tersebut sudah mencapai 10 halaman. Padahal, beliau hanya menulis kembali apa yang ia alami sejak pagi hingga petang. Ini dapat kita bayangkan apabila dilakukan setiap hari, berarti dalam sebulan sudah mencapai 300 halaman.  Tentu, hasil ini akan didapatkan apabila penulis sabar dan yakin dengan tulisan apa yang ingin kita ciptakan.

 

MENULIS ITU SEDERHANA, SESEDERHANA MENGHAYAL.

Prof. Eko bahkan menegaskan bahwa menulis satu buku dalam seminggu bukan hal yang sulit dan mustahil. Asal dapat mengikuti tips ini, maka kita dapat menciptakan buku yang diinginkan dalam seminggu. Berikut tips yang dapat diikuti:

1.      Mengubah komunikasi lisan menjadi tulis. Proses ini berhubungan dengan kebiasaan kita yang lebih senang bercerita via lisan dibanding menuliskan cerita kita menjadi tulisan. Cara mengubah komunikasi lisan menjadi tulis bukanlah hal tidak mungkin, sebab yang dituliskan adalah kisah sehari-hari. Untuk itu, saat menulis jangan langsung berpatok pada menarik atau tidak cerita. Cukup tulis hal yang dialami.

2.      Tuliskan hal yang disukai dan dikuasai berdasarkan pengalaman pribadi. Dengan menentukan pilihan seperti ini akan memudahkan kalian dalam menyusun ide-ide tadi menjadi sebuah tulisan. Apabila ingin menceritakan pengalaman tersebut, usahakan tidak dalam komunikasi lisan. Biasakan menuliskannya dalam bentuk tulis.

3.      Lakukan pembiasan dalam menulis. Jika kita menyukai klub sepak bola asal Inggris, Manchester United (MU), tuliskan itu. Apabila hobi kita mencari kuliner-kuliner daerah, tulislah tentang hal tersebut. Lakukan ini secara bertahap, dimulai dengan satu paragraf, satu halaman, dua halaman, hingga berhalaman-halaman yang tidak dapat dibayangkan jika tanpa usaha apapun.

4.      Tema atau topik apapun yang dituliskan sama berharganya. Tulis apapun yang kamu yakini dapat menjadi tulisan yang selesai. Buatlah jadwal untuk menulis agar kita dapat menentukan target tulisan.

Tips tersebut memang sesederhana itu. Cukup gunakan kesabaran dan kegigihan kita dalam menulis. Terlebih lagi, peserta pelatihan adalah orang-orang hebat yang mampu mengelola blog. Artinya semua sudah memiliki modal untuk menulis. Tidak perlu menunggu ilham datang, tetapi lakukan saat itu juga.

Hambatan menulis datang dari diri kita sendiri dengan mengatakan tidak ada waktu. Anggapan tersebut hanyalah sebuah alasan untuk tidak memulai apapun. Jika mengingat kondisi saat ini, justru pandemi inilah waktu paling tepat untuk menulis sebab semua diberikan waktu lebih untuk berpikir dan menuliskannya.

Proses mengasah kemampuan menulis pun tidak perlu muluk-muluk. Seorang penulis dapat dilahirkan dari kebiasan-kebiasaan kecil. Misalnya orang tua yang bermaksud memberikan nasihat pada anaknya. Namun, anak tersebut tidaklah senang mendengar nasihat yang sama setiap saatnya. Orang tua pun merasa khawatir apabila nasihat yang dilakukan secara lisan dapat menyinggung perasaan dan tidak direnungkan oleh anak. Maka, solusi dari hal tersebut adalah menuliskan nasihat menjadi sebuah tulisan semisal surat. Selain memudahkan orang tua memikirkan kata-kata yang baik dan pantas. Tulisan sejenis ini dapat mendekatkan mereka sebab lebih esensial dan emosional.

MENULIS tidak hanya untuk menciptakan buku. Menulis juga bagian dari menyelamatkan kehidupan.  Di antaranya anak dan orang tua seperti contoh sebelumnya, istri dan suami, bahkan antara individu yang tidak saling mengenal pun dapat terselamatkan berkat tulisan yang baik. Prof. Eko pun memberikan contoh lain kekuatan tulisan.

Beliau dan istrinya memiliki hubungan yang baik. Sikap jahil yang dimiliki Prof. Eko membawanya pada penciptaan karya seperti puisi, syair, dan gurindam yang ia kutip dari rangkaian lagu milik almarhum A. Riyanto untuk mengisengi istrinya tersebut. Alhasil, selain membawa tawa bagi keduanya, hubungan romantisme mereka semakin erat.

Sementara kisah lain yang menginsiprasinya untuk menulis ialah rasa syukur yang ia rasakan akan kehadiran kedua orang tuanya di usia renta. Setiap keduanya berulang tahun, beliau persembahkan berbagai karya tulisan untuk mengingat masa indah ketika kanak-kanak. Dengan perasaan itu, tulisan haru dapat tercipta.

INTINYA, menulis itu bukan sekadar bertujuan untuk publikasi maupun komersialisasi. Bagi beliau menulis memberikan kesempatan hidup baginya, bagi orang terdekatnya, dan bagi orang lain yang bahkan tidak ia kenal agar tersenyum, tertawa, dan bahagia. Tidak hanya itu, beliau pun sadar betapa ia ingin diingat sebagai penulis yang baik oleh anak, cucu, dan cicitnya kelak.

Jangankan seminggu, satu hari pun dapat menciptakan keajaiban apabila kita memutuskan untuk menulis sejak pagi hingga malam hari. Terkadang utnuk menjadi seorang yang tekun, beliau mendisrupsi dirinya sendiri dengan membayangkan hal aneh dan unik. Dengan begitu, ia akan memulai hal-hal di pikirannya menjadi tulisan.

 

KEKUATAN MENULIS IALAH TEKUN DAN BERKEMAUAN.

Di akhir pematerian, dibuka sebuah sesi tanya-jawab. Moderator mengajukan pertanyaan terkait kesempatan diterbitkannya karya peserta pelatihan gelombang 17 melalui tantangan menulis dalam satu minggu. Jawaban Prof. Eko bahwa peserta gelombang 17 memiliki kesempatan karyanya terbit. Bahkan beliau memotivasi peserta dengan membuat program dan grup baru bernama Februari-17. Di sana ia akan mengarahkan peserta untuk mempersiapkan syarat diterimanya sebuah tulisan.

Prof. Eko menutup kegiatan dengan sebuah peribahasa, harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama. Artinya, orang yang berjasa akan selalu disebut-sebut walaupun telah tiada. Sama halnya dengan menulis, yang abadi adalah nama dan tulisan kita. Maka, menulislah yang baik-baik.

 

“Selamat berkarya teman-temanku tercinta. Menulis dan lihatlah apa yang terjadi. Menulis adalah doa, menuls adalah cinta, menulis adalah karya, menulis adalah jiwa, menulis adalah manusia".


Salam literasi.

 

Tidak ada komentar:

BAHAN AJAR DAN LKPD

NORMA-NORMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Kebutuhan antara satu manusia dengan manusia lainnya tidak selalu sama dan terus berubah. Dengan bany...