Jumat, 26 Februari 2021

 

GURU BERPRESTASI, GURU BERDEDIKASI,

GURU MENGABDI

RESUME KEDUAPULUH TIGA:

 


“Acap melempar, akan jatuh jua. Jika kutanamkan keyakinan, lambat laun akan dapat juga. Apabila kita merasa yakin dengan mengabdi, kerjakanlah. Lambat laun tujuan pengabdian kita akan terbayar dengan senyum yang lebih mewah dari kota-kota besar.”

 

P

ertemuan ke-23 telah terbit, pelatihan belajar menulis masih sama seperti biasanya. Dipenuhi peserta yang antusias, moderator yang pandai mengatur jalannya diskusi, dan narasumber hebat dari berbagai bidang. Pelatihan kali ini akan dipandu oleh moderator kawakan grup menulis yakni Mr. Bams. Yang mana pada malam ini narasumber akan membawakan materi dengan mengangkat tema “Menjadi Guru Berprestasi dan Berdedikasi di Daerah 3T”.

 

Berbicara tentang narasumber, sudahkah kita mengenal beliau? Jika belum, mari kita berkenalan dahulu dengannya.

 

Ia bernama Khamdan Muhaimin, S.Pd., Gr., seorang guru muda berprestasi.  Beliau juga merupakan seorang Wakil Kepala Sekolah SMPN 5 Sambi Rampas, Nusa Tenggara Timur. Dengan bertitel guru, ia tidak hanya mendidik anak didiknya saja melainkan menjadi panutan untuk rekan sesama guru di nusantara. Hal ini karena Bapak Khamdan adalah penerima Apresiasi Guru SMP Inspiratif Tingkat Nasional serta penghargaan lain yang tidak kalah bergengsi.

 Di balik kesuksesan beliau, ada darah, keringat, dan air mata yang dicurahkan. Siapa sangka dengan usianya yang muda, beliau menempuh perjalanan sebagai guru dengan menjadi salah satu peserta program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). Program tersebut merupakan program afirmasi yang diberikan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan guru di daerah-daerah pelosok se-Indonesia. Narasumber mengikuti program tersebut pertama kali pada tahun 2015. Lalu, berlanjut hingga saat ini.

Apabila mendengar istilah daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, yang terlintas dalam benak adalah gambaran daerah pelosok, tanpa listrik, akses transportasi yang sulit, geografis yang ekstrem, dan akses air yang tidak memadai. Ya, menurut beliau gambaran tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Berikut foto tempat narasumber melakukan program SM-3T.


IRONIS memang, tetapi inilah jalan pengabdian. Menurutnya, untuk tinggal di tempat tersebut ia harus mematuhi adat-istiadat yang telah mengakar pada kehidupan mereka. Selain adat istiadat, ia pun mengatakan kondisi sehari-hari di sana Pertama, untuk bepergian ke kota dibutuhkan waktu empat jam. Kedua, penduduk setempat bercocok tanam dengan menanam berbagai kebutuhan sayur sehari-hari semisal singkong, kubis, labu, pepaya, dan kacang panjang. Sementara lauknya, penduduk mengonsumsi ikan asin, ikan basah, dan ayam pedagig. Apabila musim bertelur, telur akan dipadupadankan dengan mi instan.

 Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Di mana kita berada, maka wajib bagi kita menghormati adat istiadat yang berlaku di sana. Demikian juga yang dialami Pak Khamdan selama program SM-3T. Ia mesti menyesuaikan dengan keadaan dan adat yang ada. Bahkan beliau dengan penuh dedikasi dan rasa hormat mempelajari kebiasaan penduduk. Berikut beberapa adat yang biasa masyarakat lakukan.

  1. Irong, tidak boleh berteriak, menyalakan api dan ribut selama 1-2 hari. Tujuanya agar hasil panen melimpah.
  2. Acara Mbaru Dor adalah acara memasuki rumah baru mereka menggunakan berbagai acara adat.
  3. Kepok Tuak adalah adat menyambut kedatangan tamu dengan berbicara adat menggunakan tuak, rokok, dan ayam kampung. Ungkapan tersebut adalah ungkapan ketulusan dan kegembiraan penduduk setempat saat menerima dan menyambut tamu baru.
  4. Makan padi baru, acara pesta sekolah, dan lainnya.

ADAT ISTIADAT di atas beliau patuhi selama berada di pelosok. Ia sempat kebingungan di awal kedatangan. Namun, pada waktu selanjutnya ia mampu beradaptasi sedikit demi sedikit. Lalu alasan apa yang membawa beliau menjadi narasumber?

Alasannya karena Pak Khamdan adalah orang yang mampu melihat kesempatan dalam situasi yang tidak menyenangkan atau situasi sehari-harinya yang mungkin tidak dirasakan kebanyakan orang menjadi sebuah peluang. Ia menuliskan kisahnya selama program pada tahun 2016, setahun setelah ia memilih mengabdi. Beliau menulis masalah pendidikan di daerah terpencil mulai dari masalah, tantangan, dan solusi ke depannya. Ini dilakukan agar pemerintah memperhatikan keadaan sekolah dan pendidikan di daerah 3T yang serba kekurangan.

Identitasnya sebagai guru mengabdi begitu melekat padanya. Ia mampu menjadi guru berprestasi melalui tulisan dan juga tekadnya. Selain itu, ia menjadi panutan rekan sesama guru se-Indonesia berkat dedikasinya yang tidak henti. Bahkan atas apresiasi beliau terhadap pendidikan di daerah 3T, kini ia mampu mendirikan Rumah Belajar. Di sana anak-anak akan diperkenakan untuk belajar, les matematika, membaca buku, menggambar, olahraga, dan bermain teka-teki. Tidak sampai di situ, ia pun memperbolehkan anak didiknya mengoperasikan laptop dan internet gratis di Rumah Belajar setiap pukul 19.30 WITA.

Aksinya yang nyata ini menjadi sorotan Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab. Najwa bahkan pernah mengirimkan buku untuk rumah tersebut dan mempromosikannya lewat media sosial.



BENTUK SUMBANGSIH lain yang dilakukan Pak Khamdan adalah mengajukan proposal pengadaan ke instansi pemerintah dan swasta. Pengadaan itu meliputi seragam sekolah, buku bacaan, alat tulis, alat salat, Al-quran, dan alas salat untuk diserahkan ke Masjid Fathillah. Selain untuk pendidikan, sebagai guru mengabdi ia berdedikasi dengan membuatkan dua sumber mata air dan empat bak penampung air untuk warga yang kesulitan air di daerah tersebut.


Rasa-rasanya prestasi dan kekaguman kepada beliau tidak cukup sampai di situ saja. Beliau membuat sebuah terobosan dalam menginisiasi pemerintah dan penduduk soal sekolah berbasis digital yang bernama Computer Based Test Offline. Program tersebut bahkan digunakan dalam pemilihan ketua OSIS secara offline pertama kali di sekolah dan Kabupaten Manggarai Timur. Program ini berbasis digital tetapi tanpa menggunakan jaringan internet.

Atas prestasi, dedikasi, dan pengabdiannya beliau dinobatkan sebagai Guru SMP Inspiratif Tingkat Nasional tahun 2020 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal GTK Kemendikbud RI.


AKHIR KATA, beliau terus memotivasi kami bahwa antara bekerja dan berkarya tidak ada sekat, yang ada hanyalah keikhlasan. Titik nyaman belum tentu membawa kebahagiaan. Justru, tantangan dan hambatanlah yang membuat kita lebih bijak. Dengan begitu, setiap perjalanan akan selalu diawali keikhlasan dan diakhiri keberkahan yang tidak diduga-duga.

“Guru layaknya prajurit di medan perang. Selama setiap bagian tubuh masih dapat berfungsi. Maka, tugas guru tidak pernah berhenti.”

Salam Literasi.

Tidak ada komentar:

BAHAN AJAR DAN LKPD

NORMA-NORMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Kebutuhan antara satu manusia dengan manusia lainnya tidak selalu sama dan terus berubah. Dengan bany...