IKHLAS YANG
TAK BERBATAS
RESUME
KEDUAPULUH DUA:
Oleh Ati Rohaeti
“Pangsa menunjukkan bangsa. Kelakuan
(perkataan dan sebagainya) seseorang menunjukkan tinggi rendahnya budi pekerti
(asal dan sebagainya). Semakin seseorang berdedikasi pada kebaikan, entah itu
ucapan atau tindakannya. Maka, orang tersebut akan menjadi seseorang yang
dicintai oleh banyak orang.”
lhamdulillah, kiranya ungkapan tersebut
adalah ungkapan terbaik untuk menunjukkan rasa syukur atas karunia Tuhan
Pemilik Semesta. Syukur yang tidak henti kami panjatkan ke haribaan-Nya yang
semata-mata selalu memberikan kami kesempatan mencicipi banyaknya nikmat duniawi.
Nikmat yang dicicipi sedikit demi sedikit, seteguk
demi seteguk laiknya makan dan minum haruslah dihargai dan disyukuri. Sama
halnya dengan nikmat serba kekurangan yang mungkin itulah jalan menaikkan
derajat seseorang. Jika seseorang diberi nikmat, rasa syukur dipanjatkan.
Sementara jika kita diberi cobaan, yang dipanjatkan tetap rasa syukur disertai
keikhlasan.
Belajar ikhlas memanglah tidak
mudah. Apalagi kita yang kadung
memperlihatkan betapa superiornya diri ini. Ampun,
semoga saya atau kawan-kawan pelatihan belajar menulis dijauhkan dari sifat
tersebut. Amin.
Prolog tadi cukup membuka pikiran dan hati kita untuk
merefleksikan diri. Apabila pelatihan belajar menulis sebelumnya diisi dengan
cara menulis hingga menerbitkan. Pada pelatihan malam ini akan diisi dengan
jejak hidup orang hebat. Sebelum itu, ingin saya kenalkan kembali moderator
yang hilir-mudik pada Pelatihan Belajar Menulis PGRI yakni Ibu Aam Nurhasanah.
Sementara orang hebat yang akan menceritakan jejak hidupnya ialah Bapak Dede
Suryana, S.Pd., MM. Kita mulai menelusuri cerita jejak hidup beliau, selamat
membaca kisahnya!
Berawal dari pelatihan menulis gelombang ke-17 membawa
Bapak Dede atau Abah –sapaan akrabnya— menjadi motivator pada malam ini. Ya,
malam yang menginjak pertemuan ke-22. Tidak disangka, Senin (22/2) menjadi hari
di mana saya dan peserta lainnya mendengar jejak hidup dan motivasi yang selama
ini beliau terapkan. Pelatihan yang membawa tema “Motivasi Berprestasi” ini
diisi dengan torehan prestasi dan aksi yang telah dilakukan Abah.
ABAH, sejak tadi kita membicarakan
Bapak Dede Suryana, S.Pd., MM., tetapi apakah kita mengenal sosok beliau? Biar
saya hangatkan kembali memori kita tentang sosok beliau. Beliau adalah sosok low profile atau sederhana. Sibuk
menjalani hidupnya dengan kesederhanaan dan lillahi
ta’ala. Ia meyakini bahwa segala pencapaian dalam hidupnya semata-mata
adalah rencana Allah Swt.
Sosok sederhana dan taat tidak cukup menggambarkan
Abah. Prestasinya yang tidak main-main adalah sosok beliau lainnya. Ia pernah
mendapatkan penghargaan sebagai Guru
Insipiratif
Nasional dan Penghargaan Satya Pratama Penggiat Inklusif. Itu adalah sekian dari
banyaknya torehan prestasi Bapak Dede Suryana.
|
kegiatan di
kelas inklusi
|
Semangat dan komitmennya atas prinsip yang ia pegang
teguh menjadikan beliau sosok yang hebat dan mampu menjadi motivator di antara
banyaknya orang hebat. Jika mengingat kembali jejak hidup beliau, rasanya malu
apabila saya tidak ikut-ikutan untuk
mengamalkan setiap motivasi hidup yang ia berikan.
SAYA ingat apabila sudah masuk
waktu pengumpulan tugas dan urusan-urusan dunia lainnya. Saya dibuat pusing
tujuh keliling, terutama beban emosional yang membutuhkan energi ekstra. Jika
boleh mengeluh, saya terkadang jenuh dengan tumpang tindihnya pekerjaan sebagai
guru dan ibu rumah tangga. Namun saya sadar kembali, itu hanya sebuah uji coba
bagi kita tentang seberapa kuat kita menanggung segala hal tersebut. Buktinya,
hingga saat ini saya masih dapat mengikuti pelatihan belajar menulis tanpa
kekurangan apapun.
Ini adalah pelatihan dunia nyata yang sesungguhnya.
Kita dihadapkan dengan banyak uji coba dan tantangan dalam hidup. Keikhlasan
akan menjadi taruhan dari setiap keberhasilan dan kegagalan. Bagi orang-orang
yang kreatif dan cerdas kegagalan adalah kesempatan yang berpotensi. Itu
bukanlah sebuah alasan melainkan kesempatan kedua agar kita siap mengatur
waktu, tenaga, dan pikiran agar dapat digunakan dengan baik.
Apabila hal-hal tadi kita gunakan dengan baik artinya segala yang diberikan
Allah Swt., dipergunakan sesuai rencana-Nya, seperti prinsip Abah. Prinsip di
mana rencana Tuhan adalah rencana terbaik. Keikhlasan adalah sesuatu yang tidak
berbatas. Berikut motivasi yang beliau berikan sebagai bagian jejak hidupnya.
1. Cintai pekerjaan/profesimu sepenuh hati.
2. Guru adalah profesi mulia karena hampir semua profesi membutuhkan guru.
3. Guru adalah fasilitator dan pelayan bagi peserta didiknya dalam kegiatan pembelajaran.
4. Guru zaman now adalah guru yg harus nyaman di dalam zona ketidaknyamanan.
5. Guru adalah pembelajar yang tidak berkesudahan.
6. Catat apa yang harus dikerjakan dan kerjakan yang sudah dicatat (tidak menunda pekerjaan; dokumentasikan kegiatan dalam sebuah
tulisan dan itu akan menjadi bonus tambahan).
7. Ciri orang yang berpikir adalah bertanya.
MOTIVASI tersebut akan menjadi
hantaman besar dalam hidup saya. Di mana saya bertanya, apakah saya sudah hidup
dengan keyakinan dan keikhlasan, apakah saya menjalankan profesi dengan
semestinya, atau apakah saya sudah mengerahkan potensi saya sedemikian rupa.
Pertanyaan tersebut akan terjawab jika saya menjadikan motivasi tersebut jalan
hidup ke depannya. Dengan begitu, saya tidak akan tersesat dalam lembah yang
tidak berdasar.
Teringat kembali tugas profesi saya sebagai agent of change. Saya bersepakat dengan
ungkapan bahwa guru adalah agen perubahan bagi masyarakat. Bahkan Abah pun
berprinsip demikian, sebab, pengaruh guru sangatlah berdampak. Dalam kehidupan
Abah misalnya, anak beliau seringkali mengatakan kata Ibu/Bapak guru begini atau begitu, mereka dengan antusias
menyebutkan setiap instruksi dari guru-gurunya. Padahal dalam lingkungan
keluarga hal tersebut sudah diajarkan. Namun, anak-anak lebih senang
mendengarkan gurunya dibanding orang tua. Jelas sekali bahwa peran guru
tidaklah terbatas.
GURU adalah pekerjaan yang
memberikan imbalan tidak cukup pada dunia saja. Besarnya imbalan guru adalah
surga-Nya apabila ajaran baik dan keikhlasan yang diutamakan dalam mendidik.
Bukankah ini sebuah keistimewaan yang luar biasa? Bahkan dalam hadis Nabi
Muhammad saw., disebutkan “Akan terputus pahala dari anak Adam setelah mati
kecuali tiga perkara: anak saleh/salehah, sadaqoh
jariyah, dan ilmu yang bermanfaat”. Semoga kita tergolong di dalamnya.
Amin.
Kembali lagi pada prinsip Abah. Ikhlas, ikhlas, dan
ikhlas. Biarlah Tuhan yang mengatur jalan kita. Sementara sebagai hamba-Nya
cukup bertawakal dalam menjalani kehidupan. Anggap saja salah satu dari mereka
adalah pembuka pintu surga untuk kita kelak. Ketika mendengar ini saya
menitikan air mata yang sudah tidak terbendung. Betapa indahnya menjalani
kehidupan jika mengikuti rencana-Nya. Ingatlah nasihat Ali bin Abi Thalib:
“Yakinlah, ada sesuatu
yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang akan membuatmu terpanah
hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit.”
Sedikitnya gaji guru apabila penuh keberkahan di
dalamnya akan terasa nikmat. Pengalaman ini bahkan sudah pernah saya rasakan.
Setidaknya saya mengerti betul bahwa kepasrahan dan upaya keras kita akan
selalu didengar oleh Allah Swt. Ikhlaskan, maka segalanya akan berjalan dengan
penuh kenikmatan dunia dan akhirat. Abah
mengatakan:
“Fardu tersambung, sunah terbawa. Jangan pernah lelah belajar dan mencari ilmu karena
akan lebih lelah dan tersiksa apabila di kemudian hari kita tidak memiliki ilmu. Cintai profesi kita, insyaallah nanti akan datang takqir baik yang misterius.”
Sekian cerita jejak hidup Abah dan motivasi
berprestasi alanya. Saya ucapkan banyak-banyak terima kasih telah berkesempatan
bertemu dan berbagi. Tidak ada yang lebih puas dibanding mengikuti jalannya
beliau. Yuk amalkan motivasi itu untuk kesuksesan kita dan prestasi kita yang
sudah di depan mata!
“Nikmati prosesnya,
syukuri hasilnya, hingga kita lupa kerikil tajam yang pernah kita injak dan
pahitnya jamu yang pernah kita telan.”
Salam Literasi.