MERANCANG PEMBELAJARAN
BERDASARKAN PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK FASE D
12 - 15 TAHUN
Seringkali dalam kegiatan Belajar mengajar, siswa selalu menjadi objek dari kesalahan proses, siswa nakal, kurang sopan, sering keluar masuk, sering mengganggu, tidak mau mengerjakan tugas dan tidak mau konsentrasi dalam belajar. Ujungnya guru marah, tidak mau mengajar atau memberi nilai yang terlalu objektif.
Secara kognitif, remaja pada tahap awal sudah mulai mengalami peningkatan minat intelektual.Mereka juga memiliki pemikiran yang konkrit, seperti mulai mencari kebenaran dari suatu hal, baik atau buruk, dan sebagainya. Selain itu, pada tahap ini para remaja juga mulai memutuskan pemikiran mereka pada diri sendiri (disebut egosentrisme).
Sebagai bagian dari ini, praremaja dan remaja awal sering kali sadar diri tentang penampilan mereka dan merasa seolah-olah selalu dinilai oleh teman sebayanya. Hal ini yang membuat kebanyakan anak remaja awal menganggap penting semua pemikiran dan penilaian orang tentang dirinya.
Selain itu, anak remaja merasakan peningkatan akan privasi. Mereka mungkin mulai mencari cara untuk mandiri dari keluarga. mereka tampak memberikan batasan atau bereaksi keras jika orang tua mereka terkesan terlalu mengekang atau mencampuri urusan mereka.
Masalah yang muncul cenderung sepele namun kejadian cukup sering terjadi, antara lain :
- Adanya saling ejek antar teman, terkadang mengejek dengan memanggil nama teman dengan nama orang tuanya
- Bermain pintu; teman yang menutup pintu agar teman yang lainnya tidak bisa masuk, sehingga terjadi saling dorong pintu, hal ini terkadang menyebabkan ada yang terjepit atau terhimpit teman lainnya
- Bermain kelahi-kelahian (“gegelutan”) tetapi seringkali terjadi menjadi kelahi betulan
- Saling ejek dengan menjodohkan teman lainnya, sehingga yang dijodohkan menjadi merasa malu
- Kesulitan belajar karena adanya pola belajar bawaan yang kurang baik dan teratur
- Mengantuk
- Kesulitan mendapat teman karena minder
- Masalah dengan orang tua, terutama merasa orang tua pilih kasih
- Malas sekolah karena sulit beradaptasi
- Malas dengan tugas-tugas.
Fase Remaja Pertengahan, 14-17 Tahun, Usia rentang ini sering muncul permasalahan, seperti:
Masalah kelompok
- Berkelompok membuat semacam geng/komunitas
- Seteru antar kelompok
- Bullying
- Mabal/bolos
- Merokok (di Sekolah/WC, di luar sekolah dan berseragam, diposting di Medsos)
- Pacaran berlebihan/terlalu dekat
- Perseteruan akibat pacaran dan pihak ke-tiga
- Perkelahian dengan teman karena saling ejek
- Dandanan terlalu menor, aksesoris berlebihan (putri)
- Poto bugil (putri)
- Gagal move on.
Remaja
awal dan remaja pertengahan merupakan rentang umur siswa SMP Fase D.Dengan
paham permasalahan remaja tersebut maka saya mulai mengidentifikasi
permasalahan dan mencari solusi yang sesuai dengan permasalahan tersebut. Saya
mulai memahmi gejala yang muncul baik yang berdampak postif dan berdampak
negatif.
Pembelajaran mesti memperhatikan karakteristik dari permasalahan remaja awal dan remaja pertengahan. sehingga keberadaan diri siswa semua mendapat pelayanan yang sangat serius, dan siswa merasa dihargai dan mulai berpikir lebih positif lagi.
Pembelajaran berdeferensiasi menempati posisi yang sangat penting, pelayanan Individual sangat dibutuhkan dan dengan demikian guru emosian, dan prilaku yang intoleran akan terhindar, dan pembelajaran semakin berpihak pada siswa atau murid.
Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut di atas, sepertinya siswa sulit untuk menemukan solusi sendiri. Akan tetapi perlu ada berbagai upaya dari guru-guru ikut andil mencari solusi dengan berbagai cara salah satunya dengan merancang pembelajaran berdasar perkembangan Peserta didik.
Bermula dari perencanaan sudah mulai melihat perkembangan siswa. Modul yang dirancang memperhatikan kedalaman dan keluasan materi. Elemen yang di ajarkan adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan Tema Wawasan Nusantara.
Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik dapat mejelaskan Hakikat, Kedudukan dan Tujuan Wawasan Nusantara dalam
konteks NKRI
Peserta
didik dapat menganalisis permasalahan dalam mengimplementasikan Wawasan
Nusantara dalam konteks NKRI.
Peserta
didik dapat memproyeksikan solusi terhadap permasalahan dalam
mengimplementasikan Wawasan Nusantara dalam konteks NKRI.
Wawasan
Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah airnya
sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
Wawasan
Nusantara pada hakekatnya mengandung konsep nilai persatuan dan kesatuan bangsa
dan wilayah Indonesia, karena kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari
ribuan pulau dankondisi bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman adat, agama,
dan budaya yang kesemuannya berpotensi timbulnya perpecahan.
Wawasan Nusantara
bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat
Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan
individu, kelompok golongan, suku bangsa atau daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar