Selasa, 23 Februari 2021

 

BLOG SEBAGAI PEMBENTUK IDENTITAS DIGITAL

GURU MILENIAL

RESUME KEENAM:

Oleh Ati Rohaeti


 

“Jika pada tahun 1984, dunia ditandai sebagai era bonanza minyak. Maka, hari ini adalah era keterbukaan. Di mana pada masa ini komponen kehidupan diberikan kebebasan berpendapat dan berkarya tanpa sekat wilayah dan jarak untuk berkomunikasi dengan manusia di lahan dunia mana pun.”

J

umat, 15 Januari 2021 adalah hari di mana saya mendapatkan pelatihan belajar menulis keenam. Tidak terasa saya telah mengikuti kelas daring ini selama kurang lebih satu minggu. Saya bersyukur dengan adanya kegiatan semacam ini sebab ilmu berdatangan dari berbagai macam orang. Meskipun saya sempat melewatkan dua kali pelatihan, tetapi tidak ada rasa menyesal telah bergabung dengan grup ini. Ya, sebagai seseorang dengan multiperan pasti terkadang melewatkan banyak hal bukan? Begitulah saya saat ini, tetapi kesempatan ini saya tidak ingin sampai melewatkannya.

Tepat pukul 19.00 WIB, saya mengikuti pelatihan keenam ini dengan prinsip bahwa saya tidak akan melewatkan kesempatan sebaik ini. Awal pelatihan dibuka oleh Om Jay –sapaan akrab kami padanya. Dilanjutkan oleh moderator bernama Sucipto Ardi yang biasanya dipanggil dengan sebutan Pak Cip. Jalannya pelatihan diambil alih oleh beliau dan dibuka dengan perkenalan singkatnya. Selain itu, ia pun menjabarkan agenda malam ini yang terdiri atas:

1. Pembukaan

2. Paparan narasumber

3. Tanya jawab

4. Penutup

Setelah Pak Cip menyampaikan agenda pelatihan kali ini, kini giliran beliau mengenalkan narasumber. Ia bernama Theresia Sri Rahayu, S.Pd., SD., atau Cikgu Tere, seorang wanita yang hebat dan sukses dalam menulis. Bahkan berdasarkan tautan yang dikirimkan Pak Cip tentang narasumber, saya terkagum-kagum melihat prestasi yang menghiasi blognya. Cikgu Tere telah menerima best achievement dan tembus di atas angka 30. Tidak diragukan lagi alasan beliau menjadi pemateri malam ini.

TEMA pelatihan keenam ini adalah “Blog sebagai Identitas Digital Bagi Guru Milenial”. Ketika mendengar tema ini saya bertanya-tanya apa identitas sebenarnya kami, bagaimana membangun identitas baru, atau mengapa mesti blog yang dijadikan identitas digital. Semua itu berputar dalam benak saya dan jawabannya ada pada pematerian kali ini.

Cikgu Tere memulai penjabaran materi dengan mengajak peserta berselancar pada laman Google. Beliau menginstruksikan kami untuk mengetik nama lengkapnya dan lihat apa yang ada pada hasil penelusuran. Ya, namanya dapat ditemukan dalam berbagai literatur yang bertebaran di internet. Beliau juga sedikit bercerita tentang perjalanannya memulai sebagai seorang bloger.

Tahun 2019 adalah tahun krusial baginya sebab dirinya mengikuti kegiatan shortcoz ke luar negeri. Aspek yang wajib dilakukan peserta kegiatan tersebut adalah dengan mencantumkan aktivitas media sosial yang dimilikinya sebagai bahan seleksi panitia. Ia ingat telah mencantumkan alamat blog dan akun Facebook. Pada saat itu, blog yang dicantumkan adalah blog dengan domain Kompasiana. Ia sempat khawatir karena blog yang ia cantumkan bukanlah blog pribadi.

SEJAK SAAT ITU, Cikgu Tere membangkitkan kembali semangat menulisnya dengan membuat blog pribadi sebagai tempat berkaryanya. Di saat itulah ia mulai menghubungi dan bertemu dengan Om Jay. Tebak apa yang terjadi? Cikgu Tere diberikan kesempatan untuk bergabung dalam pelatihan belajar menulis pada gelombang empat. Keinginan kuatnya ini menjadikan beliau sebagai penulis blog dengan level yang tinggi.

Ia tidak hanya berperan sebagai seorang guru, ia juga berperan sebagai seorang penulis, dan ia ingin dikenal sebagai guru yang handal menulis, serta guru yang aktif sebagai bloger. Ia merasa lega dengan identitas barunya sebagai guru-penulis dan guru-bloger sebab dapat memanfaatkan sebuah platform demi tujuan yang bermanfaat. Hal ini juga didukung dengan karakteristik cikgu Tere yang senang menulis hal-hal atau peristiwa yang dialami beliau saat berada di lingkungan sekolah, misalnya di situasi pandemi saat ini yang mengharuskan guru dan siswa untuk Belajar Dari Rumah (BDR). Ia pun senang mengikuti penelitian dan segala hal yang dapat membangun wajah dirinya sebagai guru, penulis, dan bloger dalam waktu bersamaan.

Ketika ia menggunakan identitasnya sebagai guru dan mulai menuliskannya dalam blog. Di situlah ia menyadari bahwa komunikasinya yang terekam jejak digital menciptakan identas ia sebagai guru, penulis, dan bloger. Maka, ia paham betul pentingnya menciptakan gambaran diri sendiri.

Identitas ibarat merek dagang. Ketika seseorang ingin mengenalkan dirinya dan dikenal luas oleh orang lain, kita mesti membangun karakter yang tepat bagi diri kita. Terutama guru pada masyarakat milenial saat ini. Guru wajib memproduksi karya, jangan sampai berhenti mengikuti pembaharuan sebab peserta didik pun berkembang dan belajar dengan cepat. Menurut Cikgu Tere, salah satu cara membangun identitas kita sebagai guru milenial ialah dengan memanfaatkan blog sebagai akses digital.

Blog dipilih sebagai akses digital termudah bagi guru karena platform tersebut terbilang mudah dan murah. Tidak hanya memberikan peluang guru sebagai penulis, tetapi memberikan guru peluang sebagai content creator. Lalu bagaimana membuat konten digital yang baik? Guru sebagai calon bloger harus memahami dahulu kompetensi digital. Di dunia pendidikan kompetensi digital digunakan agar teknologi yang dipakai meyakinkan, tepat, dan aman untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Ini bahkan sejalan dengan pernyataan Digcom 2.0, European Comission (2015) bahwa salah satu kompetensi digital yang perlu dikembangkan adalah kemampuan untuk menciptakan konten digital, dalam hal ini adalah konten blog yang menarik dan berkualitas.

CIKGU TERE menambahkan, bahwa kita sebagai seorang guru harus menguasai kompetensi digital sebab saat ini sudah memasuki abad ke-21. Di mana program literasi sebagai fondasi diharuskan berkembang menjadi literasi digital. Kemampuan ini wajib dimiliki oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Literasi digital ini dapat dijadikan sebagai konten digital dalam blog. Beliau bahkan mengatakan bahwa blog adalah media dan sumber belajar dengan model blended learning –pembelajaran kombinasi antara daring dan luring.

Seorang guru yang merangkap sebagai penulis dan bloger harus membuat konten digital menarik dan berkualitas. Tujuannya agar konten digital sampai pada siswa yang merupakan generasi milenial dengan kecakapan digital yang cepat. Pada kesempatan ini, Cikgu Tere memaparkan tips untuk menciptakan konten blog yang menarik dan berkualitas sebagai berikut.

1. Hindari plagiasi (buat konten yang orisinil).

2. Mudah dipahami dan diterapkan.

3. Tulislah konten yang singkat, padat, dan jelas.

4. Kombinasikan tulisan dengan gambar atau video.

5. Buatlah Konten Up to Date!

6. Bebas berita bohong atau hoaks. Gunakan prinip saring sebelum sharing.

7. Ciptakanlah Engaging Content.

8. Lakukan pengeditan mandiri untuk menghindari kesalahan tulis.

Hal terakhir yang ia sampaikan dalam pelatihan keenam ini terkait guru sebagai pendidik sudah dibekali dengan kemampuan lebih. Kemampuan di mana guru ikhlas dalam membagikan ilmu yang telah dimiliki kepada peserta didik dan orang lain. Maka, bukan hal aneh apabila guru mampu mengelola blog –menjadi seorang bloger— dengan baik lewat tulisan-tulisan yang bermanfaat. Kesempatan ini digunakan untuk membangun identitas guru yang lebih hebat.

SAYA berharap semakin banyak orang yang membaca blog-blog yang bermanfaat, seperti blog guru saat ini. Pun berharap guru mampu membuat konten digital yang menarik untuk pembelajaran dan literasi sekolah yang lebih baik. Dengan mendengarkan pertemuan ini, saya menjadi lebih menyayangi blog saya dibanding sebelumnya. Jujur, identitas digital akan sempurna jika kita siap menggunakan teknologi itu sendiri.

Akhir kata, terima kasih Cikgu Tere sudah menginspirasi saya. Semoga blog saya dapat memberikan identitas digital sebagai guru-penulis dan guru-bloger seperti tema kali ini. Tentunya saya berharap makin banyak orang yang berkunjung pada blog saya dan memberikan komentar berupa kritik dan saran yang membangun. Sampai jumpa di resume selanjutnya dan terima kasih.

 

Salam Literasi.

Tidak ada komentar:

BAHAN AJAR DAN LKPD

NORMA-NORMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Kebutuhan antara satu manusia dengan manusia lainnya tidak selalu sama dan terus berubah. Dengan bany...