BLOG SEBAGAI PEMBENTUK IDENTITAS DIGITAL
GURU MILENIAL
RESUME KEENAM:
Oleh Ati Rohaeti
“Jika pada tahun
1984, dunia ditandai sebagai era bonanza minyak. Maka, hari ini adalah era
keterbukaan. Di mana pada masa ini komponen kehidupan diberikan kebebasan
berpendapat dan berkarya tanpa sekat wilayah dan jarak untuk berkomunikasi
dengan manusia di lahan dunia mana pun.”
J |
umat, 15 Januari 2021 adalah hari di mana saya mendapatkan pelatihan
belajar menulis keenam. Tidak terasa saya telah mengikuti kelas daring ini
selama kurang lebih satu minggu. Saya bersyukur dengan adanya kegiatan semacam
ini sebab ilmu berdatangan dari berbagai macam orang. Meskipun saya sempat
melewatkan dua kali pelatihan, tetapi tidak ada rasa menyesal telah bergabung
dengan grup ini. Ya, sebagai seseorang dengan multiperan pasti terkadang
melewatkan banyak hal bukan? Begitulah saya saat ini, tetapi kesempatan ini
saya tidak ingin sampai melewatkannya.
Tepat pukul 19.00 WIB, saya mengikuti pelatihan keenam
ini dengan prinsip bahwa saya tidak akan melewatkan kesempatan sebaik ini. Awal
pelatihan dibuka oleh Om Jay –sapaan akrab kami padanya. Dilanjutkan oleh
moderator bernama Sucipto Ardi yang biasanya dipanggil dengan sebutan Pak Cip.
Jalannya pelatihan diambil alih oleh beliau dan dibuka dengan perkenalan
singkatnya. Selain itu, ia pun menjabarkan agenda malam ini yang terdiri atas:
1. Pembukaan
2. Paparan narasumber
3. Tanya jawab
4. Penutup
Setelah Pak Cip menyampaikan agenda pelatihan kali ini,
kini giliran beliau mengenalkan narasumber. Ia bernama Theresia Sri Rahayu,
S.Pd., SD., atau Cikgu Tere, seorang
wanita yang hebat dan sukses dalam menulis. Bahkan berdasarkan tautan yang
dikirimkan Pak Cip tentang narasumber, saya terkagum-kagum melihat prestasi
yang menghiasi blognya. Cikgu Tere
telah menerima best achievement dan
tembus di atas angka 30. Tidak diragukan lagi alasan beliau menjadi pemateri
malam ini.
TEMA
pelatihan keenam ini adalah “Blog sebagai Identitas Digital Bagi Guru
Milenial”. Ketika mendengar tema ini saya bertanya-tanya apa identitas
sebenarnya kami, bagaimana membangun identitas baru, atau mengapa mesti blog
yang dijadikan identitas digital. Semua itu berputar dalam benak saya dan
jawabannya ada pada pematerian kali ini.
Cikgu Tere
memulai penjabaran materi dengan mengajak peserta berselancar pada laman
Google. Beliau menginstruksikan kami untuk mengetik nama lengkapnya dan lihat
apa yang ada pada hasil penelusuran. Ya, namanya dapat ditemukan dalam berbagai
literatur yang bertebaran di internet. Beliau juga sedikit bercerita tentang
perjalanannya memulai sebagai seorang bloger.
Tahun 2019 adalah tahun krusial baginya sebab dirinya
mengikuti kegiatan shortcoz ke luar
negeri. Aspek yang wajib dilakukan peserta kegiatan tersebut adalah dengan
mencantumkan aktivitas media sosial yang dimilikinya sebagai bahan seleksi
panitia. Ia ingat telah mencantumkan alamat blog dan akun Facebook. Pada saat
itu, blog yang dicantumkan adalah blog dengan domain Kompasiana. Ia sempat
khawatir karena blog yang ia cantumkan bukanlah blog pribadi.
SEJAK
SAAT ITU, Cikgu Tere
membangkitkan kembali semangat menulisnya dengan membuat blog pribadi sebagai
tempat berkaryanya. Di saat itulah ia mulai menghubungi dan bertemu dengan Om
Jay. Tebak apa yang terjadi? Cikgu Tere
diberikan kesempatan untuk bergabung dalam pelatihan belajar menulis pada
gelombang empat. Keinginan kuatnya ini menjadikan beliau sebagai penulis blog
dengan level yang tinggi.
Ia tidak hanya berperan sebagai seorang guru, ia juga
berperan sebagai seorang penulis, dan ia ingin dikenal sebagai guru yang handal
menulis, serta guru yang aktif sebagai bloger. Ia merasa lega dengan identitas
barunya sebagai guru-penulis dan guru-bloger sebab dapat memanfaatkan sebuah
platform demi tujuan yang bermanfaat. Hal ini juga didukung dengan
karakteristik cikgu Tere yang senang
menulis hal-hal atau peristiwa yang dialami beliau saat berada di lingkungan
sekolah, misalnya di situasi pandemi saat ini yang mengharuskan guru dan siswa
untuk Belajar Dari Rumah (BDR). Ia pun senang mengikuti penelitian dan segala
hal yang dapat membangun wajah dirinya sebagai guru, penulis, dan bloger dalam
waktu bersamaan.
Ketika ia menggunakan identitasnya sebagai guru dan mulai
menuliskannya dalam blog. Di situlah ia menyadari bahwa komunikasinya yang
terekam jejak digital menciptakan identas ia sebagai guru, penulis, dan bloger.
Maka, ia paham betul pentingnya menciptakan gambaran diri sendiri.
Identitas
ibarat merek dagang. Ketika seseorang ingin mengenalkan dirinya
dan dikenal luas oleh orang lain, kita mesti membangun karakter yang tepat bagi
diri kita. Terutama guru pada masyarakat milenial saat ini. Guru wajib
memproduksi karya, jangan sampai berhenti mengikuti pembaharuan sebab peserta
didik pun berkembang dan belajar dengan cepat. Menurut Cikgu Tere, salah satu cara membangun identitas kita sebagai guru
milenial ialah dengan memanfaatkan blog sebagai akses digital.
Blog dipilih sebagai akses digital termudah bagi guru
karena platform tersebut terbilang mudah dan murah. Tidak hanya memberikan
peluang guru sebagai penulis, tetapi memberikan guru peluang sebagai content creator. Lalu bagaimana membuat
konten digital yang baik? Guru sebagai calon bloger harus memahami dahulu kompetensi digital. Di dunia pendidikan
kompetensi digital digunakan agar teknologi yang dipakai meyakinkan, tepat, dan
aman untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Ini bahkan sejalan
dengan pernyataan Digcom 2.0, European Comission (2015) bahwa salah satu
kompetensi digital yang perlu dikembangkan adalah kemampuan untuk menciptakan
konten digital, dalam hal ini adalah konten blog yang menarik dan berkualitas.
CIKGU TERE menambahkan, bahwa kita sebagai seorang guru harus
menguasai kompetensi digital sebab saat ini sudah memasuki abad ke-21. Di mana
program literasi sebagai fondasi diharuskan berkembang menjadi literasi digital.
Kemampuan ini wajib dimiliki oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai
peserta didik. Literasi digital ini dapat dijadikan sebagai konten digital
dalam blog. Beliau bahkan mengatakan bahwa blog adalah media dan sumber belajar
dengan model blended learning –pembelajaran
kombinasi antara daring dan luring.
Seorang guru yang merangkap sebagai penulis dan bloger
harus membuat konten digital menarik dan berkualitas. Tujuannya agar konten
digital sampai pada siswa yang merupakan generasi milenial dengan kecakapan
digital yang cepat. Pada kesempatan ini, Cikgu
Tere memaparkan tips untuk menciptakan konten blog yang menarik dan
berkualitas sebagai berikut.
1. Hindari plagiasi (buat konten yang orisinil).
2. Mudah dipahami dan diterapkan.
3. Tulislah konten yang singkat, padat, dan jelas.
4. Kombinasikan tulisan dengan gambar atau video.
5. Buatlah Konten Up to Date!
6. Bebas berita bohong atau hoaks. Gunakan prinip saring sebelum sharing.
7. Ciptakanlah Engaging Content.
8. Lakukan pengeditan mandiri untuk menghindari kesalahan tulis.
Hal terakhir yang ia sampaikan dalam pelatihan keenam ini
terkait guru sebagai pendidik sudah dibekali dengan kemampuan lebih. Kemampuan
di mana guru ikhlas dalam membagikan ilmu yang telah dimiliki kepada peserta
didik dan orang lain. Maka, bukan hal aneh apabila guru mampu mengelola blog
–menjadi seorang bloger— dengan baik lewat tulisan-tulisan yang bermanfaat.
Kesempatan ini digunakan untuk membangun identitas guru yang lebih hebat.
SAYA berharap
semakin banyak orang yang membaca blog-blog yang bermanfaat, seperti blog guru
saat ini. Pun berharap guru mampu membuat konten digital yang menarik untuk
pembelajaran dan literasi sekolah yang lebih baik. Dengan mendengarkan
pertemuan ini, saya menjadi lebih menyayangi blog saya dibanding sebelumnya.
Jujur, identitas digital akan sempurna jika kita siap menggunakan teknologi itu
sendiri.
Akhir kata, terima kasih Cikgu Tere sudah menginspirasi saya. Semoga blog saya dapat
memberikan identitas digital sebagai guru-penulis dan guru-bloger seperti tema
kali ini. Tentunya saya berharap makin banyak orang yang berkunjung pada blog
saya dan memberikan komentar berupa kritik dan saran yang membangun. Sampai
jumpa di resume selanjutnya dan terima kasih.
Salam Literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar