Mental Seorang Penulis
Resume ke-9
Jumat,
22 Januari 2021
“Mental
Seorang Penulis”
Oleh
Ati Rohaeti
Setiap latihan menulis, saya selalu optimis bisa
menghasilkan karya tulisan yang bisa bermanfaat. Latihan demi latihan berujung
dengan kegamangan, bahwa tulisan yang saya buat kurang layak dan malu untuk di
publikasikan. Akhirnya saya hanya menulis dan menyimpan kumpulan tulisan di salah satu file
Pengembangan Diri yang terdapat di Leptop milik saya pribadi, harapan satu
waktu manakala saya membutuhkan salah satu karya bisa dengan mudah di dapat. Sesekali
hasil tulisan, saya perlihatkan kepada teman dan pimpinan barang kali ada yang
mau komen.
Tulisan tersebut banyak
sekali manfaat yang saya rasakan, salah satu manfaatnya saya bisa mengumpulkan Angka
kredit hingga kepangkatan saya sampai di Golongan IV c. Tentunya tidak berakhir
sampai sana, saya ingin tetap menulis dan tulisan bisa lebih bermanfaat bagi
orang banyak. Kuncinya kita Latihan Belajar Menulis. Dengan Latihan tersebut
kita banyak mendapat pengalaman baru, salah satunya adalah tambahan wawasan. Seperti
malam Sabtu 22 Januari 2021 ini mendapat
suguhan dari Bu Ditta dengan tofik “ Mental Seorang Penulis”. Latihan tersebut langsung menggugah semangat menulis menyala
kembali.
Mengenal sosok Bu Ditta kiranya menyadarkan saya bahwa
menulis itu adalah suatu kebutuhan dan hasil dari tulisan bisa lebih bermanfaat
dan dikenang oleh orang lain. Untuk bisa lanjut menulis maka kita perlu
memiliki mental seorang penulis.
Menurut Nara sumber Pelatihan Menulis Bu Ditta menjelaskan,
bahwa Mental penulis adalah kemampuan untuk merespon belajar dan berpikir
dalam mengelola tantangan dan masalah menjadi potensi. Berkaca dari
penulis-penulis top dunia seperti J.K Rowling dengan Harry Potter-nya, Stephen
Gaardner dengan dunia Sophie dan Andrea Hirata dengan Rainbow Troops-nya
kesemuanya memiliki mental yang luar biasa yang dapat kita ambil sebagai
iktibar.
Lebih lanjut Bu
Ditta menjelaskan Mental yang harus dimiliki oleh penulis
Siap Konsisten
"Teruslah
menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi." (Omjay)
Satu kutipan di
atas sebetulnya sudah cukup menjadi bekal untuk kita sebagai penulis pemula.
Jika kita sudah
berniat untuk meningkatkan skill menulis, maka kita harus ingat bahwa menulis
adalah sebuah kata kerja. Artinya, harus ada tindakan nyata.
Saat ini banyak
sekali platform untuk menulis yang bisa kita manfaatkan.
Akan tetapi
mungkin masih ada yang menulis seperti Soe Hoek Gie. Dari buku catatan kemudian
lahir sebuah buku. Atau seperti RA Kartini dari surat-suratnya juga lahir
sebuah buku.
Semua orang
mungkin bisa menulis. Tapi, untuk jadi penulis handal, butuh mental kuat agar
bisa konsisten menulis.
Salah satu tips
agar bisa memiliki mental untuk konsisten adalah dengan mengenali diri sendiri.
Sehingga tantangan apa pun yang menghadang, kita akan tahu apa yang harus kita
lakukan.
Konsisten melakukan terus menerus dan tidak
berubah-ubah pikiran untuk menunda tidak menulis. Atau juga bisa diartikan
komit, teguh pendirian. konsistensi tidak akan mudah menyerah dalam menulis. Tidak hanya bertahan namun juga meningkat. Ingatlah pepatah bahwa
orang yang beruntung adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin. Bu Ditta
mengaris bawahi bahwa konsisten menjadi scaffolding utama bagi
setiap orang untuk menjadi penulis hebat. Dan nyatanya tidak semua orang mampu
mempertahankan konsistensi.
Siap Dikritik
Pembaca yang
budiman, saat kita memutuskan untuk memublikasikan hasil tulisan kita di
blog/buku/media sosial/media massa, dan di media lainnya, maka penting kita
sadari bahwa tulisan kita telah menjadi "milik publik".
Dengan demikian,
kita harus menyiapkan mental untuk menerima masukkan dari publik. Tak hanya
bersiap untuk komentar baik, kita pun harus bersiap bila ternyata ada yang
mengkritik dengan cukup tajam atas tulisan kita.
Dengan adanya
masukan atau kritik dari berbagai pihak, kita bisa mengetahui kekurangan dalam
tulisan kita. Bukan hanya dari kacamata sendiri, tapi juga dari kacamata
pembaca.
Siap Belajar
Jika sudah senang
dan konsisten menulis, sudah bisa menerima saran maupun kritik, maka sungguh
kita memiliki mental untuk belajar bertumbuh.
Ada dua cara yang
dapat ditempuh :
a. Melakukan riset
Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas tulisan adalah dengan melakukan riset. Bisa dengan
berkunjung ke perpustakaan, berkunjung ke toko buku untuk mengamati buku-buku best
seller, melacak apa yang sedang menjadi trend di sosial media maupun dengan
google traffic, dsb.
b. Tambah Bacaan
Saat ini, dimana
literasi begitu digaungkan, maka kita harus menyiapkan mental untuk siap
menjadi orang yang literat. Salah satunya dengan meningkatkan daya baca.
Ingat Lo Daya baca
berbeda dengan Minat baca.
Pastinya Anda sudah bisa membedakan antara minat baca dan daya baca. Minat
baca berkaitan dengan keinginan, kecenderungan hati atau perasaan
senang untuk membaca. Sementara daya baca berkaitan dengan
kemampuan membaca, seberapa kuat seseorang dalam membaca.
Bicara daya baca, tentu tidak sekedar seberapa besar kita sanggup
"melahap" buku-buku tebal. Seorang teman bertanya terkait daya baca.
"Hanya daya baca Hp android (yang) tinggi. Daya baca buku rendah.
Coba berapa buku yang dibeli oleh guru dalam satu bulan? Berapa buku yang
dibaca dalam satu bulan? dan berapa media yang dibaca satu hari?"
Well ... Meningkatkan daya baca telah menjadi PR tersendiri bagi saya. Atau
mungkin juga kita, sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Siap Ditolak
Mental berikutnya
yang perlu kita sadari adalah siap ditolak oleh media maupun penerbit, dll.
Saat naskah kita
ditolak, coba lagi dan lagi. Atau cari alternatif lain. Misal dengan menerbitkan
sendiri atau dipublish di berbagai media sosial.
JK Rowling pernah
ditolak belasan penerbit. Dewi "Dee" Lestari sang penulis Supernova
pun pernah merasakan ditolak penerbit. Bahkan sekelas novelis horor Stephen
King pun pernah ditolak.
Bayangkan, jika
mereka berhenti berjuang saat ditolak penerbit satu dua kali, mungkin saat ini
kita tidak akan mengenal karya karya hebat mereka.
Siap Menjadi Unik
The last but not
least.
Mental yang perlu kita tanamkan untuk menjadi penulis adalah just be
yourself. Jadilah diri sendiri. Jadilah unik.
Maksudnya dalam
menulis nggak perlu terlalu ikut-ikutan seperti orang kebanyakan. Tulis saja
apa yang paling kita sukai. Yang paling sesuai dengan diri kita.
Omjay misalnya
selalu unik dengan tulisan setiap harinya. Mr. Bams unik dengan kalimat-kalimat
positifnya. Dan Bu Kanjeng yang unik dengan gaya bahasanya yang begitu hidup.
Tengok blog atau buku
Raditya Dika, isinya pasti humor. Jika membaca buku-buku Justin Gaarder
(penulis Dunia Sophie), jangan heran jika terselip unsur filsafat. Karena
basicnya beliau memang pernah jadi guru filsafat sebelum menjadi penulis.
Nah, apa yang unik dalam
diri kita? Mari kita tuangkan dalam bentuk tulisan.
Jadilah penulis jujur
yang apa adanya dan ada apanya. Tidak dibuat-buat/dipaksakan (apa adanya) namun
tetap berbobot (ada apanya).Yang kedua bisa kita tingkatkan dengan terus
berlatih menulis dan membaca.
Harapan saya tulisan ini akan mewarnai mental pembaca untuk
tetap berkarya dan mengukir prestasi di dunia Literasi. Aamiin
10 komentar:
Mantap ibu, bagus sekali isinya dan sangat bermanfaat :)
Mantap bu👍 bagus sekali isinya dan sangat bermanfaat :)
Hasnat Ferdiananda
Dzikry Dwi Surahman 9A
Dzikry Dwi Surahman 9A
Sangat bagus bu 😊 dan sangat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya !
- Rva
Blog yang sangat bangus dan berkesan untuk seorang penulis.Blog nya juga sangat bagus, mendalami seorang penulis dan sangat mudah di pahami.semoga kedepannya makin banyak blog yang lebih bagus bu, terima kasih
nama : rangga putra p
kelas : 9a
Sangat membantu! Aku juga suka sekali menulis-nulis cerita, sekedar iseng saja. Aku ingin menjadi penulis cerita fantasi yang terkenal seperti J.K Rowling. Artikel ini sangat membantuku untuk mempersiapkan diri menjadi seorang penulis yang sesungguhnya!.
sudah bagus bu Ati, jangan lupa sertakan sumber tulisan ibu di akhir tulisan. Karena sebuah karya itu tidak ada yang mutlak dari opini kita saja, tetapi dari berbagai macam sumber yang disatukan dan muncullah opini itu.
Perdalam karakter penulisan ibu, karena setiap tulisan harus memiliki identitas dari gaya dan karakter penulis.
sukses selalu bu Ati.
Mantap bu guruuu, semangat dan sukses. Sangat menginspirasi.
Posting Komentar