UBAH KESEMPATAN JADI PENGALAMAN
SEBAGAI PENULIS BUKU
Resume keempat
Oleh Ati Rohaeti
“Angan-angan menerawang langit. Cita-citakan
segala sesuatu yang tinggi-tinggi. Sama halnya dengan penulis, berkaryalah
sebanyak mungkin selagi dapat dilakukan. Begitulah peribahasa ini kiranya tepat
menggambarkan tulisan kali ini.”
S |
enin, 11 Januari 2021 menjadi hari yang
membahagiakan. Saya masih diberi kesempatan untuk ruing keluarga –kegiatan
bersama yang melibatkan seluruh anggota keluarga, kelompok, organisasi atau
instansi untuk menjalin kebersamaan dan keakraban— bersama peserta, moderator,
dan narasumber pelatihan Belajar Menulis. Tuhan masih memberikan kesehatan,
kesempatan, dan kemampuan bagi saya untuk menyambung tulisan tentang bagaimana
menariknya pelatihan ini. Tentu, menariknya pelatihan kali ini tidak terlepas
dari hebatnya moderator dan narasumber. Pelatihan yang dipandu Bapak Bambang
Purwanto dengan Ibu Eva Hariyati Israel, S.Kom., ini sukses menyambung rasa
bersama peserta.
Pada awal pelatihan, narasumber meminta
peserta untuk bersiap memutar otak dan melatih gerak jemari untuk menuliskan
alasan memulai menulis. Cukup menantang sebab saya harus berpikir keras alasan
apa yang benar-benar melatarbelakangi kegigihan ini. Singkat cerita, saya mulai
menuliskan sedikit demi sedikit perjalanan saya mengenal dunia tulis-menulis.
AWALNYA
saya mengenal menulis tidak lain berkat berkawan dengan Bapak Prihandono.
Beliau adalah guru Bahasa Indonesia di salah satu Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri di Kecamatan Benjeng. Selama berkawan dengannya saya begitu sering
dicekoki cerita pengalamannya memulai
karir sebagai penulis. Mulai dari cerita dirinya yang sibuk menjadi pendidik
sekaligus meniti karir sebagai seorang wartawan lepas.
Beliau memang menulis kejadian-kejadian
sederhana yang ditemuinya sehari-hari. Menulis bagaimana jalan akses ke sekolah
yang terendam banjir, prestasi siswanya yang menjuarai lomba, hingga hal sepele
lain yang menurutnya menarik. Kemudian dari hal-hal yang mungkin dianggap
sepele orang lain, beliau memberanikan diri mengirim karya-karyanya tersebut ke
surat kabar di Surabaya. Ya, akhirnya terbit juga karya-karya tersebut.
Setiap penulis menerima kabar dari sebuah
media penerbitan tentang apakah karya kita diterima atau tidak, selalu menjadi
momen paling mendebarkan. Terutama ketika penulis menerima kabar bahwa karyanya
resmi diterbitkan. Rasanya ada euforia tertentu dalam hati.
PADA momen itu saya merasa tertantang namun bercampur gelisah. Maksud hati ingin langsung memulai semua hal-hal tadi, tetapi dalam otak saya masih begitu banyak pertanyaan. Yang paling banyak muncul dalam pikiran saya adalah bagaimana saya memulainya. Hingga pada akhirnya saya bertemu dengan kegiatan Pelatihan Belajar Menulis PGRI Gelombang 17. Kami sebagai peserta dimasukkan ke dalam grup WhatsApp sebagai media bertukar pikiran dan pertanyaan selama pelatihan. Bahkan grup ini berfungsi sebagai wadah pelaksanaan pelatihan secara daring yang kami terima.
Di sinilah titik balik saya untuk mulai
‘berani’ kembali mengisi blog yang sempat tidak berpenghuni sejak tahun 2019.
Meskipun entah sudah berapa blog yang
saya buat dan tidak tahu ke mana rimbanya.
AKAL,
AKIL, AKEL. NIAT BAIK, TEKAD BAIK, DAN PERBUATAN BAIK.
Ungkapan bahwa setiap akal, akil, dan akel yang
dilakukan akan selalu tercermin dalam setiap tindakan kita. Keberanian yang
semakin kuat dan tekad yang semakin bulat menghantarkan saya dengan diangkatnya
sebagai Aparatur Sipil Negera (ASN) pada tahun 2019. Tentu pencapaian ini tidak
lain berkat poin kredit yang didapat dari menulis. Saat ini kesempatan belajar
di depan mata, tidak ada salahnya untuk mencoba kembali bukan?
Ya, kesempatan ini adalah sesuatu yang patut
dicoba. Toh ini juga hal baik.
Terlepas alasan saya yang kurang bagus dan
hanya tergerak karena poin kredit yang didapat. Namun, yang lalu biarlah
berlalu sebab kini saya paham betul menulis adalah cara lain mengekspresikan
diri.
Seiring berjalannya waktu, niat asal saya melakukan mulai terlupakan dan
terganti dengan niat mengisi blog. Dalam pikiran saya, tulisan apa yang bagus,
diisi dengan apa blog saya, dan bagaimana saya memberi manfaat lewat tulisan,
semua itu tidak lain buah hasil refleksi diri. Selain itu, motivasi yang
berdatangan silih ganti dari para narasumber selama pelatihan membangkitkan
kembali cita rasa saya dalam menulis.
Salah satunya cerita pengalaman mereka yang
sudah banyak menerbitkan buku-buku hebat. Bahkan, mungkin mereka awalnya
memiliki kegalauan yang sama dengan
apa yang saya rasakan. Saya yakin mereka pun memiliki cara tersendiri untuk
mencapai kesuksesan tersebut. Apalagi mereka yang tidak hanya disibukkan dengan
urusan tulis-menulis pasti memiliki hal-hal yang cukup identik dengan berbagai
pertanyaan saya selama ini.
B |
erdasarkan alasan, perjalanan, dan pengalaman
yang saya rasakan. Ada beberapa cara untuk menjadikan kita mampu menulis dalam
waktu yang singkat dengan tulisan yang menarik. Pertama, niat. Niat seseorang akan menentukan keberhasilan. Apabila
kita memiliki niat menulis untuk mencari berkah-Nya, maka setiap jalan akan
dimudahkan. Namun, jika niat buruk yang kita ingin capai. Tidak usah diragukan,
bencana mungkin yang datang.
Kedua,
manajemen waktu. Bagi saya, manajemen waktu menjadi salah satu tantangan bagi
penulis yang merangkap bidang karir. Manajemen waktu diperlukan untuk memberi
kita waktu agar dapat fokus pada pekerjaan menulis dan lainnya. Terutama ibu
rumah tangga yang juga berprofesi guru seperti saya harus benar-benar dapat
menyisihkan waktu untuk menjadi ibu, penulis, dan guru secara bersamaan.
Ketiga,
doa dan ikhtiar. Usaha tanpa doa adalah sesuatu yang percuma, pun doa tanpa
usaha. Jangan mengharapkan keberhasilan apabila kita tidak menyadari hebatnya
doa, pun jangan menyepelekan usaha sebab usaha adalah jalan menuju
keberhasilan. Wujudkan motivasi menjadi aksi nyata. We can do it!
Salam literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar