Minggu, 03 November 2024

 PERUBAHAN KECIL DENGAN BERDAMPAK BESAR

Inklusi adalah sebuah pendekatan untuk membangun lingkungan yang terbuka untuk siapa saja dengan latar belakang dan kondisi yang berbeda-beda, meliputi: karakteristik, kondisi fisik, kepribadian, status, suku, budaya dan lain sebagainya. Pola pikir ini selanjutnya berkembang dengan proses masuknya konsep tersebut dalam kurikulum di satuan pendidikan sehingga pendidikan inklusif menjadi sebuah sistem layanan pendidikan yang memberi kesempatan bagi setiap peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang layak. 

Pola pikir selanjutnya berkembang dengan pola pikir konsep inklusi dalam kurikulum satuan pendidikan sehingga pendidikan inklusif menjadi sebuah sistem layanan pendidikan yang memberi kesempatan bagi setiap peserta didik untuk mendapat pendidikan yang layak

Tujuan Pendidikan Inklusif adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/ atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;

Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.

Kebijakan Pendidikan inklusif mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. UUD 1945 Pasal 28H ayat (2) menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif merupakan filosofi pendidikan yang mendasari keseluruhan    rangkaian Pendidikan
Penghapusan berbagai hambatan anak untuk masuk sekolah atau  memperoleh Pendidikan (ct: labeling, seleksi, geografi, ekonomi, termarjinalkan, dll)
Pendidikan inklusif merupakan wujud  komitmen terhadap kesepakatan dunia  tentang Pendidikan untuk Semua (Education for All)
Menata lingkungan di luar diri anak terkait dengan kesiapan SDM, aksesibilitas/sarana prasarana, iklim pembelajaran, dll.

Elemen Pendidikan Inklusif :

  1. Mengakomodasi semua peserta didik
  2. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
  3. Menghargai keragaman
  4. Sistem (kurikulum, cara, media, dan lingkungan)  disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
  5. Aksesibilitas fisik dan nonfisik
  6. Guru bekerja dalam tim
  7. Keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan/ pembelajaran

Saat ini, disatuan Pendidikan dimana saya bertugas terdapat peserta didik yang berkebutuhan khusus, berdasarkan yang saya pantau dan coba diidentifikasi saya menemukan Dari sepuluh kelas yang saya ajar, terdapat Tiga siswa 7A, satu siswa 7B. satu siswa 7G, satu siswa 8A dan satu siswa 8C ( jumlah tujuh siswa  PDBK). Setelah itu saya mulai memikirkan mengakomodir dan asesmen untuk PDBK. Untuk lebih jelasnya saya identifikasi dengan format di bawah ini.



Setelah diidentifikasi saya mendapatkan data Peserta didik di bawah ini:

  1. Peseta didik dengan hambatan fisik motoric
  2. Peserta didik dengan hambatan intelektual
  3. Peserta didik dengan hambatan penglihatan
  4. Peserta didik Autistic Spectrum Disorders (ASD)
  5. Peserta didik dengan hambatan intelektual
  6. Peserta didik dengan hambatan majemuk
  7. Peserta didik dengan hambatan intelektual
Untuk memudahkan perencanaan dan Asesmen, langkah selanjutnya  saya kelompokkan berdasarkan jumlah yang sejenis, hasilnya seperti di bawah ini:
  1. Peseta didik dengan hambatan fisik motoric (1)
  2. Peserta didik dengan hambatan intelektual (3)
  3. Peserta didik dengan hambatan penglihatan (1)
  4. Peserta didik Autistic Spectrum Disorders (ASD) (1)
  5. Peserta didik dengan hambatan majemuk (1)

Peserta didik dengan hambatan intelektual fisik motoric, Cirinya adalah:

  1. Anggota gerak tubuh kaku lemah/lumpuh.
  2. Kesulitan dalam gerakan.
  3. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna.
  4.  Hiperaktif/tidak dapat tenang.
  5. Terdapat cacat pada alat gerak.
  6. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
  7. Kesulitan pada saat berdiri, berjalan/duduk.

Peserta didik dengan hambatan intelektual selanjutnya diklasifikasikan sebagai baik, ringan, sedang, parah, atau mendalam berdasarkan tingkat fungsi adaptif.

Ciri-cirinya:

  1. Berguling, duduk, merangkak, atau berjalan terlambat.
  2. Berbicara terlambat atau kesulitan berbicara.Lambat untuk menguasai hal-hal seperti latihan pispot, berpakaian, dan makan sendiri.
  3. Kesulitan mengingat sesuatu.
  4. Ketidakmampuan untuk menghubungkan tindakan dengan konsekuensi.
  5. Masalah perilaku, seperti amukan yang meledak-ledak.
  6. Kesulitan dengan pemecahan masalah atau pemikiran logis.
Peserta didik dengan hambatan Penglihatan, Ciri-cirinya adalah:

  1. Mata Juling;
  2. Sering berkedip;
  3. Menyipitkan (kelopak) mata;
  4. Mata merah;
  5. Mata infeksi;
  6. Gerakan mata tak beraturan dan cepat;
  7. Mata selalu berair;
  8. Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu mata;
  9. Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal;
  10. Sering merasa pusing atau sakit kepala; dan
  11. Penglihatan kabur atau ganda
Peserta didik Autistic Spectrum Disorders (ASD), Ciri-cirinya adalah:
TIPE 1 : ADHD INATENTIF Gejalanya:

  1. Sulit perhatian
  2. Sulit mengikuti petunjuk
  3. Sulit menyelesaikan pekerjaan
  4. Pemalu atau menarik diri
  5. Mudah terbagi perhatiannya
  6. Terlihat tidak rapi/ceroboh
  7. Lamban dalam memproses informasi
Peserta didik Autistic Spectrum Disorders (ASD), Ciri-cirinya adalah:
TIPE 2 : ADHD INATENTIF Gejalanya:

  1. Sulit perhatian  
  2. Mudah gelisah Impulsif dalam berbicara atau bertindak
  3. Terlalu banyak berbicara
  4. Sulit menunggu giliran
  5. Suka menyela  
  6. Mudah marah
Peserta didik dengan hambatan majemuk, cirinya: Peserta didik dengan hambatan majemuk (cacat ganda; multiple handicapped) adalah mereka yang memiliki gangguan atau kelainan lebih dari satu jenis, mungkin dua atau lebih. Misalnya, gangguan penglihatan disertai dengan gangguan pendengaran atau hambatan intelektual, hambatan pendengaran disertai hambatan intelektual sehingga mereka membutuhkan kurikulum khusus.

Setelah mengamati karakteristik dari Peserta Dididk Berkebutuhan Khusus, saya coba di kelas 7 A dengan tiga siswa berkebutuhan Khus tentunya harus menyiapkan beberapa hal Rencana Pembelajaran, asesmen, sarana Prasarana serta strategi yang mengakomodir PDBK. sementara untuk empat siswa yang memiliki identitas dan karakteristik lain menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan.

DOKUMENTASI


DOKUMENTASI
BAHAN TAYANG


Setelah mempelajari dan berbagi dengan rekan sejawat, saya mulai memahami alur identifikasi dan mengakomodasi semua persiapan Pendidikan Inklusi yang siap dilaksanakan di Sekolah tempat saya bertugas yakni SMP Negeri 12 Kota Bandung.

Langkah-langkah dalam menyusun profil kebutuhan Peserta Didik dan Program Pembelajaran Individual (PPI) melalui kolaborasi bersama Guru dan para pihak lainnya, seperti orangtua, unit layanan disabilitas dan tenaga profesional lainnya.

penyusunan pembelajaran yang inklusif melalui desain universal pembelajar, menciptakan kegiatan belajar dan lingkungan belajar yang dapat diakses oleh semua peserta didik, dengan dan tanpa disabilitas.

UMPAN BALIK





Pelaksanaan pendidikan inklusif membutuhkan peran dan tanggung jawab berbagai stakeholder yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak. Mari kita sukseskan Program Sekolah Inklusif meski perubahan kecil akan tetapi berdampak sangat besar.









Tidak ada komentar:

 PENANTIAN TIADA HENTI Penantian seorag Ibu terhadap anak d ari hari pertama langkah kaki mungilnya menuju sekolah, hati ini telah menyimpan...