BUKU
MAHKOTA PENULIS DAN BUKU MUARA TULISAN
Kangen dengan materi- materi Pelatihan Menulis Gelombang 17, saya
masih tetap mengikuti jalannya Pelatihan
Menulis di gelombang ke-18. Ada banyak hal yang menarik,
antara lain menutup bolong-bolong selama pelatihan Gelombang 17, rasa ingin
tahu dengan materi baru dan yang pasti keinginan belajar sepanjang hayat.
Mari
kita ikuti pemaparan dari Nara sumber!
Buku Muara Tulisan Thamrin
Dahlan
Disampaikan pada acara
Pelatihan Menulis 18
Tulisan tulisan itu
ibarat air mengalir. Tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh
mencari tempat terendah akhirnya bermuara di lautan. Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan
tulisan nan terserak. Selaiknya karya gemilang, olah pikir perlu diselamatkan menjadi kitab.
Semua Orang Punya
Buku
Tanpa kita sadari
setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku dalam artian tercantum
namanya di sampul / cover depan buku.
Paling tidak dia pernah sekolah di tingkat paling rendah sekolah dasar. Itulah
buku catatan tentang prestasi diri si murid,
hanya saja buku dituliskan oleh Bapak Ibu Guru yang baik hati dalam
bentuk raport. Menginjak pendidikan
menengah SMP, SMA, SMK para pelajar dan
siswa sudah di wajibkan menyusun karya
tulis walaupun terkadang berupa kerja kelompok namun makalah itu dijilid
jadilah buku.
Ketika di Perguruan
Tinggi, kualitas buku seorang sarjana itu memiliki harkat terhormat. Bersebab buku yang dinamai Skripsi, Tesis dan
Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang penelitian, pembimbingan
dan kemudian di uji hadapan Sidang Majelis Kehormatan Para Guru Besar
Universitas,
Jelas sekarang nama
anda sudah ada disampul depan buku ilmiah.
Tersimpan abadi di perpustakaan kampus.
Menjadi kebanggaan dan bukti tak terbantahkan bahwa anda berhak
menyandang gelar kesarjanaan secara legal. Pengakuan formal seorang akademisi
sebagai pemenuhan kewajibkan memiliki
buku. Satu saja yang belum terlekat di cover belakang buku yaitu ISBN
(international standard book number)
Buku Pribadi
Setelah memiliki 3
buku (D3, S1 dan S2) kali ini saya akan lebih banyak berkisah bagaimana seorang
anak desa Tempino Jambi bisa memiliki 37 judul buku. Semua berangkat dari
motivasi ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi. Kata seorang teman secara berseloroh
janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu Nissan.
Buku (saya lebih suka
menyebut kitab) adalah keabadian nan memiliki masa berlaku (expired date un
limited) tak terhingga bahkan sampai hari kiamat. Oleh karena itu setelah
ketika mamasuki usia pensiun tahun 2010 timbul persoalan baru bagaimana mengisi
waktu luang yang begitu lapang dan panjang.
Bersebab waktu luang yang tak
habis kerena memberikan kuliah saya
dianjurkan oleh keluarga untuk menulis dari pada termenung menung.
19 Agustus 2010 mulai
menulis di media sosial kompasiana.com.
Terbata bata, berkeringat, resah gelisah, kuatir. Apakah awak pantas menjadi penulis di media
besar berpenghuni hebat. Alah bisa
karena biasa. Bukan lagi memaksa diri
tetapi total tertantang. Kenapa tidak
bisa mengikuti jejak Ibunda Hajjah
Kamsiah binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta
mahir menulis.
Motto penasehat, penakawan dan penasaran, diniatkan menulis berbagi kebaikan. Saya merasakan masuk ke dunia baru yang sangat meng asyiek kan. Disinilah inspirasi dan aspirasi serta angan angan di pentaskan baik dalam bentuk reportase, opini dan fiksi. 3 Jenis tulisan ini mengalir baik air bah sampai sampai saya masuk ke kategori addict (kecanduan menulis).
Kiat Menulis..
Salah satu kiat
kenapa bisa menulis 1 artikel setiap hari ialah jargon sekali duduk jadi.
Sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7
paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sudah bisa dipastikan tulisan itu
tidak akan pernah tuntas. Duduklah,
paksakan diri tulisan wajib selesai tak peduli salah ketik (ada proses
edit). Nanti saja bicara kualitas
bersebab indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan variatif..
Melalui metode sekali
duduk jadi, lambat laun proses menghasilkan sebuah tulisan seiring berjalan
waktu kini hanya membutuhkan waktu kurang dari 40 menit. Kita menulis puisi
hanya memerlukan 10 menit asalkan suasana hati sedang mood dan terkait dengan
situasi kekinian yang terjadi menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya hankam (ipoleksosbudhankam) dalam
atau luar negeri.
Ketika menulis
reportase taati kaedah 5 W 1 H.
(what, where, when, why, who and how).
sebagai bukti liputan original asli
tampilkan pula foto selfie bersama teman/keluarga misalnya anda sedang wisata
di Borobudur, Menara Eiffel atau Ibadah Umroh Masjidil Haram. Bisa juga
memposting laporan setelah mengikuti satu event webinar. Saya lebih banyak menulis reportase kehidupan
masyarakat. Inilah sumber inspirasi tak pernah habis yang senantiasa menghampiri
diri apabila jeli melihat fenomena lingkungan.
Jadilah sebuah tulisan bergenre humaniora yang menarik dan bermanfaat
bagi pembaca.
Kenapa pula tidak
menulis tentang opini. Saya merasa babak belur ketika menulis dan menerbitkan
Buku Prabowo Presidenku (2014). Padahal ketika posting artikel genre opini
sudah berupaya menghindari menghakimi orang lain apalagi institusi.
Mempertahankan objektivas, hindari hoax
dan selalu memihak kepada kebenaran. Menulis opini tak elok pula hanya
ngomel, pada paragraf terakhir sertakan solusi, berupa saran pendapat membangun
untuk mengurai permasalahan yang sedang dibahas.
Rahasia Menulis
Berdasarkan
pengalaman saya merasakan keajiban 3 rahasia
terkait dunia jurnalistik.
Rahasia pertama Ternyata setiap tulisan itu memiliki Roh. Roh dalam
artian tulisan itu hidup dengan syarat karya ketik di syiarkan ke media sosial.
Tulisan anda dibaca apalagi diberi
komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil
menjadi penulis non buku harian. Tahu
sendirilah zaman dahulu kala anak mansuia acap menulis di album kenangan.
Buku harian itu dia
nikmati sendiri, ketika membaca, tertawa, menangis, menyesal dalam seribu satu kenangan.
Zaman itu telah lewat kini saatnya kuatkan niat berbagi denghan hatrapan
bermanfaat dan penulis mendulang pahala melalui pekerjaan menuliss. Yes tulisan
memiliki Roh, jangan ragu share ke Faecbook, whats app, dan media lainnya
sehingga anda dikenal sampai satu saat menjadi terkenal.
Rahasia ke 2 : Buya
Hamka meninggalkan pesan bermakna Biarlah tulisan mu itu membela dirinya
sendiri, biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya. Saya membuka rahasia tersebut
ketika buku Bukan Orang Terkenal entah bagimana jalannya sampai di Bapak
Prabowo. Singkat cerita saya mendapat
kehormatan menjadi Penulis Resmi PartaiI Gerindra selama masa kampanye
2014. Terbitlah buku Prabowo Presidenku. Best seller sampai di bajak.
Rahasia ke 3 :
Profesi jurnalis atau katakanlah kami wartawan amatir mendapat kesempatan
dijamu makan siang di Istana Merdeka. Tak terduga bahkan tidak terpikirkan
mimpipun tidak bisa berpidato di hadapan Presiden Jokowi. Bukankah anugerah ini merupakan kebanggaan
rakyat. Bersebab menulis mampu menembus batas birokrasi dan bisa bertemu dnegan
tokoh nasional.
Buku Muara Tulisan
Ketika tulisan sudah
mencapai 500 artikel dengan segala suka duka mendapat aspirasi dan cemoohan
kemudian terpikir kenapa tulisan nan terserak itu tidak dijiid. Istilah kumpulan
tulisan dijilid resmi ber ISBN bolehlah berbangga di sebut kitab atawa buku.
Tahun 2012 terbitlah buku perdana berjudul Bukan Orang Terkenal.
Saking besarnya
keinginan memiliki nama disampul buku seperti juga Buya Hamka (guru Imajiner)
saya menerbitkan buku berbayar di satu penerbit Jogyakarta. Apalah awak ini
mana pula ada penerbit major bersedia menerbitkan buku seorang penulis amatir
belum punya “nama”. Judul buku pertama
itu sebenarnya bentuk unjuk rasa yang ditujukan kepada diri sendiri.
Bersebab tulisan nan
terserak semakin banyak maka proses menerbitkan buku semakin mudah. Ibarat
menjilid makalah tak terasa jumlah buku tahun 2019 mencapai 2o kitab.
Uni Husna Bundo Kanduang menganjurkan menerbitkan buku sendiri. Terbentuklah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan
(YPTD) 19 Juli 2019. Visi misi fokus dibidang pendidikan dan sosial
kemasyarakatan fokus membantu
menerbitkan buku para penulis ber ISBN tanpa biaya alias gratis.
Penggiat Literasi
Keberadaan YPTD
memberikan kemudahan menerbitkan buku. Ferbuari 2021 tertera nama Thamrin Dahlan di 37 sampul
buku. Bersama teman teman penulis bergiat Literasi sampai Maret 2021 berhasil
diterbitkan 210 judul buku ber ISBN Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi para
penulis di website YPTD terbitkanbukugratis.id . Diskusi Literasi di WAG Terbitkan Buku Gratis.
Program Bedah Buku
setiap Selama Malam 2 pekan sekali telah terselenggara 10 episode. Inilah media mempromosikan buku terbitan YPTD
untuk para penulis senior mapun pemula. Secara psikologis ada kepuasan bathin
tak terhingga bisa berbagi di bidang literasi.
Mengumpulkan tulisan
nan terserak bermuara menjadi Buku. Selamatkan tulisan tulisan itu biarlah
mereka berhimpun didalam sebah kitab karena keabadian akan melekat pada
dirinya. Buku adalah suatu prestasi penulis.
Sebagai tanggung jawab Penerbit YPTD berkewajiban menyerahkan setiap
judul buku di Perpustakaan Nasional
Bapak/Ibu, di
kesempatan kali ini Pak Haji juga akan berbagi bagaimana caranya bisa
menerbitkan buku secara gratis di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).
Yayasan Pusaka
Thamrin Dahlan (YPTD) komitmen membantu para penulis menerbitkan Buku Perdana
ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku
Terbit.
Ada 3 program
YPTD. Pertama Penulis telah memiliki
Naskah Buku. Kedua Penulis aktif posting tulisan di website YPTD
terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul 40 artikeal maka buku akan
diterbitkan. Program ke 3 YPTD menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan
tulisan yang di posting dalam 1 bulan
Jadi kalau salah
satunya terpenuhi bisa menerbitkan buku gratis di YPTD ya, Pak Haji?
Betul bila terpenuhi
persyaratan tersebut YPTD akan terbitkan gratis.
Buku adalah Mahkota
Seorang Penulis. Laiknya seorang Raja ,
beliau diakui sebagai Penguasa karena mengenakan Mahkota di dikepalanya.
Mahkota itulah bentuk pengakuan resmi dari rakayatnya. Analog dengan Seorang penulis tanpa memiliki
buku maka belum bisa dikatakan sebagai seorang seorang penulis sejati.
Ada beberapa pertanyaan :
1. Berapa batas
minimal jumlah halaman untuk layak diterbitkan di YPTD?
2. Apakah nanti
naskah yg masuk dibantu oleh editor agar terlihat lebih baik dan layak dibaca ?
Dari
ibu Soleh Setiyowati, Banyumas. Tks..
Selamat
siang Bu Soleh Setiyowati. Batasan minimal dari UNICEF ketebalan buku 80
halaman atau 40 lembar. YTPD menyarankan teman teman guru mengupayakan buku nya
sampai minimal 150 halaman. Buku dengan ketebalan diatas 150 halaman memiliki
punggung dalam artian buku itu cukup tebal sehingga tampak gagah berwibawa
ketika diletakkan di rak buku Perpustakaan.
3. Dalam menulis satu paragraf sering mengalami serangan
kata yang sama...contoh kata "aku" tertulis berulangkali sampai 5
kali..
Contoh...
Aku
mempunyai seekor kucing. Aku sangatlah sayang sama kucingku. Kucingku cantik
dan manis.semua orang suka kucingku itu..
Bagaimana
cara mengatasi nya agar menjadi paragraf
yang baik .pak.?
Saya
Syafrina dari Padang gel 18
Terima
kasih Bu Syafriana. Pengulangan itu
memang sering terjadi, namun dengan banyak latihan nanti ditemukan kosa kata
pengganti untuk sebutan Subjek.
Contohnya Aku mempunyai seekor kucing. Betapa sayangnya keluarga kepada
binatang peliharaan rumah. Mahluk Tuhan
nan elok berbulu tebal hitam pekat menjadi hiburan bagi keluarga dan tetangga. Kira kira begitu
semoga berkenan Uni.
Oh
Ya tentang Editor. Pada dasarnya YPTD tidak menyediakan editor naskah, Namun dengan ketentuan ukuran buku A 5, Huruf
TNR font 12 serta spasi 1.5 kemudian margin 1,5,1,1,1 insha
Allah tampilan buku sudah baik. Upayakan tulisan per paragraf tidak lebih dari 5 kalimat. Enak dibaca. Membaca dan terus membaca
tulisan sendiri adalah editor yang terbaik, sebab ROH tulisan itu ada sama
Penulis. Janagan sampai kehilang Roh,
oleh karena itu tulis sendiri edit
sendiri sehingga sampai timbul rasa puas. Pola ini saya lakukan ketika menerbitkan
buku Tanpa Editor.
4. Bagai
mana menentukan topik tulisan menulis buku.Terimakasih
Syamsul
Selamat
siang Pak Syamsul. Bisa jadi pertanyaan ini sudah dijelaskan oleh para
pembimbing sebelumnya. Menurut hemat
saya Topik atau katakanlah judul tulisan jangan jadi penghambat ketika menulis.
Bedakan terlebih dulu kita menulis reportase (laporan), Opini atau Fiksi
(cerpen, puisi pantun dlsb). Pengalaman saya judul itu terkadang dalam
perjalanan menulis baru ditemukan, atau malahan judul bisa berubah setelah
tulisan diruntaskan. Satu hal penting niatkan sekali duduk tulisan jadi. Jangan terhambat karena
judul, stagnan di satu paragraf, menulis saja terus sampai selesai. Namun demkiian pasti teman teman guru sudah
paham Tema Tulisan terlebih dulu ditetapkan
5. Mohon izin bertanya ,apakah boleh menuliskan naskah
yang sama diblog kita ke yptd website?
Dan
apakah boleh naskah tulisan kita yang terdapat dalam buku antologi dimuat dalam
yptd website?
Saya
ibu Leni dari Jakarta
Selamat
siang Bu Leni. Tentu karya tulis kita itu bisa kita share ke media mana saja
termasuk ke website YPTD terbitkanbukugratis.id. Hak cipta kita dilindungi undang undang
selama karya itu orisinil milik kita.
Etika menulis yaitu meng haramkan plagiat, perbuatan tidak jujur dan
terpuji. Saya sering menulis opini politik, menyunting satu paragraf dari media
main stream boleh kita lakukan asalkan mencantum kan sumber berita
tersebut. Selanjutnya berdasarkan nalar
kita bahas peristiwa tersebut sesuai dengan ilmu pengetahuan,
dan pengalaman.
Setiap hari saya menulis di beberapa web seperti di kompasiana, YPTD,
facebook dengan topik yang sama, justru hal ini memberikan manfaat karena
semakin banyak pembaca.
Pertama
tahu info YPTD saya langsung terpesona. Semangat menerbitkan buku seakan
mendapatkan lampu hijau, semoga mampu mengikuti program di YPTD.
Pertanyaan
saya.
6. Naskah yang
dikirim ketentuannya jenis fiksi atau khusus non fiksi.
7. Untuk
40 artikel yang dikirim itu dalam rangkaian satu tema atau boleh tema yang
berbeda-beda.
Eka
Wiyati dari Lampung Timur.
Saya
Dewi Elfia dari padang
8. Saya mau
menanyakan tentang cara terbit buku gratis di YPTD
Ada
3 cara salah satunua artikel 40. Apakah artikel ini bisa puisi atau pantun. Kalau puisi untuk jadi buku 40
buah untuk berapa tema. Kalau pantun berapa jumlahnya untuk satu buku dan
berapa temanya. Mohon arahannya Pak
Walaikumsalam
Bu Eka Wiyati Lampung dan Ibu Dewi Elfia Padang. Penerbit YPTD menerima semua tulisan baik itu
berbentuk Fiksi (Puisi, Cerpen, Pantun), Reportase (kegiatan belajar mengajar
atau kegiatan lain) atau opini (menulis tentang topik tertentu). Bisa juga buku
berisikan gabungan ke 3 jenis tulisan tersebut.
Dari 37 buku yang saya terbitkan lebih banyak ber genre bunga rampai,
artinya isi buku kumpula dari tulisan harian sepanjang bulan. Hanya beberapa
buku yang khusus seperti Buku Prabowo Presidenku, Kasidah, Kumpulan Pantun ,
Polisi Juga Manusia. Oleh karena itu
menulis saja setiap hari kemudian kumpulkan maka jadilah buku. Lainnya halnya bisa Ibu ingin membuat Novel,
maka karya ini tentu fokus sampai ending. Nanti perihal judul Buku akan ketemu
dengan sendirinya.
9. Membaca materi saja sudah membuat merinding apalagi
sampai membaca tulisan bapak. Pasti Menakjubkan.
Pertanyaan
saya, bagaimana caranya membuat tulisan kita memiliki roh, sehingga menarik
untuk dibaca?
Saya
Okmi Astuti dari Pangkalpinang.
Waalaikumsalam
Bu Okmi Pangkal Pinang. Waduh sampai merinding seru juga nih pertanyaan tentang ROH. Setiap tulisan itu ada yang
memiliki roh dan ada juga yang tidak bernyawa.
Buku Harian yang sifatnya sangat rahasia tidak memiliki Roh, karena ditulis
sendiri, dibaca sambil menangis atau ketawa sendiri. Sebaliknya tulisan itu memiliki Roh ketika
karya kita di share / kirim ke media sosial.
Seketika Tulisan memiliki Roh ketika dibaca khalayak. Apalagi ketika karya itu di beri komentar,
maka tulisan itu bernyawa. Jangan pernah ragu mengirim tulisan ke media sosial
ketika niat menulis untuk berbagi kebaikan untuk kemaslahatan umat. Pembaca
merasakan "sesuatu" dari
posting kita maka serta merta kebahagian
dan kepuasan in material menjadi
milik anda .
10. Senang sekali saya bisa bertutur sapa dengan Pak Haji
siang ini,tulisan bapak sangat mengisnpiratif sekali, saya jadi pengen nulis
seperti Pak Haji.Yang ingin saya tanyakan apakah naskah yang kita share di YPTD
harus melalui admin atau bisa langsung nulis disitus tersebut?Mohon penjelasan
nya
Saya
Laily Safura dari Medan.
Sebelum
lupa, Mbak Ditta, YPTD menyediakan 3 hadiah buku, Silahkan Panitia menentukan peserta yang
mendapat hadiah, Mohon alamat lengkap. Salam Literasi/ YPTD
Walaikumsalam
Sobat Laily Safura. Tulisan yang diposting di website YPTD
terbitkanbukugratis.id tidak di Moderasi Admin, bisa langsung tayang, Saya percaya komunitas guru telah terseleksi
alam dan mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi
Indonesia. Prosedur menulis di YPTD,
silahkan registrasi nanti mendapat akun dan password, Selanjutya Selamat Datang di YPTD,
Menulislah setiap waktu tak terasa 40 hari kemudian jadilah buku ber
ISBN tanpa biaya.
11. Artikel yang dimuat itu yang diposting selama 1 bulan di
website YPTD... apakah kita harus posting setiap hari minimal 1 artikel dalam 1
bulan itu atau dalam 1 bulan harus 40 artikel?
Saya
Iis Yuliati dari Lebak
Waalikumsalam
Bu Iis Yuliati. Seandainya Ibu sudah meniliki naskah buku kirim via email ke
thamrindahlan@gmail.com YPTD sudah bisa
menguruskan ISBN dan buku terbit.
Kewajiban Penulis posting 10 artikel di website YPTD
terbitkanbukugratis.id selam proses penerbitan buku. Program ke 2 menulis
tergantung kesempatan. Indikator 40 artikel (tidak harus dalam waktu 1 bulan )
sudah cukup menjadi sebuah buku.
12. Pak untuk penerbitan buku di YPTD Apakah cuma ukuran
A5 saja yang bisa diterbitkan. Apakah di YPTD bisa cetak buku sesuai standar
UNESCO?
untuk
1 buku biasanya harus terdiri dari berapa bab?
Siti
Hadijah Makasar
Selamat
sore Bu Siti Hadijah Makasar. Format buku YPTD memang A 5 sesuai dengan kitab
kitab standard. Namun apabila ada
permintaan khusus tetap dilayani termasuk standar ukuran buku menurut UNESCO. Buku ilmiah popiuler sebaiknya tidak
menggunakan sistematika resmi seperti Bab, Pasal dan lain lain. YPTD pernah
menerbitkan Tesis seorang Guru yang edit sedemikian rupa sehingga enak dibaca
dan pesan sampai kemudian laris dijual karena ada ISBN. Skripsi, Tesis dan Disertasi tak memiliki
ISBN dan ditulis dengan kaedah Sistematika Ilmiah.
Terima kasih kepada
Om Jay sahabat lama kompasiana yang bersua lagi di YPTD, Mbak Ditta serta
seluruh peserta pelatihan Menulis Gelombang 18. Alhamdulillah tanpa terasa 2
jam berlalu, kita saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia. Semoga perjumpaan ini
memberikan manfaat bagi kita semua.
Sesuai dengan komitment YPTD membantu penulis menerbitkan buku perdana
ber ISBN tanpa biaya kami tunggu Bapak Ibu Guru untuk memperoleh Mahkota
seorang Penulis. Buku adalah keabadian
bukti tak terbantahkan bahwa seorang anak manusia pernah hadir di muka bumi
Ini. Buku memiliki durasi terlama bahkan
sampai hari kiamat dibanding usia manusia. Hubungi YPTD untuk komunikasi,
informasi dan edukasi literas…
Catatan Thamrin
Dahlan
Qadarullah kegiatan
pelatihan belajar menulis terlaksana Rabu 21 April 2021. Bicara soal takdir
inilah kenyatan di hari peringatan lahir Ibu Kita Kartini awak berdiskusi
dengan guru guru hebat sebagian besar kaum wanita.
Seharusnya pelatihan dilaksanakan
Jum"at pekan lalu. Bersebab bersamaan jadwal memberikan kuliah maka
pertemuan ditunda hingga hari ini. Bersualah dengan Kartini zaman
reformasi. Semangat komunitas Guru yang
digagas Omjay memang luar biasa.
Acara tadi merupakan
gelombang ke 18 di pandu Ibu Guru Ditta Widya Utami. Awak bolehlah acungkan
jempol karena penyelenggaraan pelatihan
ditata apik sekali, pengaturan waktu sesuai jadwal sehingga tertib, nyaman bagi
pembawa materi, moderator dan seluruh peserta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar