PENANTIAN TIADA HENTI
Penantian seorag Ibu terhadap anak dari hari pertama langkah kaki mungilnya menuju sekolah, hati ini telah menyimpan sebentuk penantian suci. Bukan sekadar harapan, melainkan sebuah iman teguh pada potensi yang ia miliki. Setiap lembar rapor, setiap ujian yang dilalui, terasa seperti anak tangga yang kami daki bersama, dengan napas tertahan dan doa yang tak pernah putus.
Dan kini, setelah berbilang tahun mengarungi samudra ilmu, tibalah hari Selasa
14 Oktober 2025 berdiri di atas
panggung, mengenakan toga, dengan senyum yang memancarkan kedewasaan dan
pencapaian, sungguh sebuah momen kebanggaan dan kebahgiaan tiada tara.
Gelar Sarjana Gizi yang ia raih bukan hanya sekeping ijazah, melainkan
monumen ketekunannya dan pembuktian atas setiap tetes keringat, setiap malam
tanpa tidur, setiap pengorbanan yang kami ikhlaskan. Kebanggaan ini terasa
meluap-luap, seolah dada ini tak cukup menampungnya. Ini adalah kemenangan
bersama, puncak indah dari sebuah penantian panjang yang kini berbuah manis,
menghadirkan rasa syukur yang tak terhingga dan keyakinan bahwa ia siap
menyongsong masa depan, menjadi ahli yang akan membawa manfaat bagi banyak
orang.
Inilah dia Anakku No empat Luthfiah Nurul Fatimah lahir di Kota
Bandung pada tanggal 3 Januari 2024 dian menempuh pendidikan dasar (2009-2015),
(2015-2018) Sekolah menengah Pertama, hingga menengah atas (2018-2021) di Kota
Bandung. Pada tahun 2021, melanjutkan pedidikan pada Program Studi gizi
Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia yang
diselsaikan pada tahun 2055 di bawah bimbingan Ibu Widya Astuti, S.Gz., M.Si
dan Bapak Hurry Mega Insani, S.Pd., M.Si.
Proses sidang skripsi dilaksanakan
pada hari Rabu, 23 Juli 2025 dengan
Penelitian berjudul “PENGARUH KUALITAS DIET DAN TINGKAT STRES TERHADAP STATUS
GIZI PADA IBU HAMIL DI KECAMATAN CANGKUANG KABUPATEN BANDUNG”. Setelah
mempertahankan Hasil Penelitiannya Hasilnya dengan Yudisium “ Pujian”.
Rangkaian kegiatan dilanjut dengan Perayaan Wisuda Selasa, 14 Oktober 2025
Gelombang III.
Penantian dan Perasaan
ini adalah campuran aduk yang maha dahsyat antara rasa syukur yang memuuncak,
kebanggaan yang menghangatkan, dan keharuan yang tak tertahankan.
1. Rasa Syukur yang
Murni dan Mendalam
Ini adalah rasa syukur yang tertancap kuat hingga ke relung jiwa. Syukur karena Allah telah menjaga dan membimbing langkahnya, memberinya kesehatan dan ketekunan untuk menyelesaikan studi yang berat ini. Setiap doa yang dipanjatkan di sepertiga malam, kini terasa terjawab dan terbayar lunas.
2. Kebanggaan yang
Meluap-luap
Melihat anak
mengenakan toga, membawa gelar S.Gz (Sarjana Gizi), hati ini mengembang
rasanya. Ini bukan sekadar kebanggaan akan nilai akademis, melainkan kebanggaan
akan karakter: ketekunannya, disiplinnya, dan semangat pantang menyerahnya. Ini
adalah kebanggaan yang berkilauan, memancarkan cahaya pada seluruh keluarga.
3. Keharuan dan Air
Mata Bahagia
Ada air mata yang tak
bisa ditahan, air mata yang hangat dan tulus. Air mata ini adalah simbol dari
setiap kecemasan yang pernah dirasakan, setiap pengorbanan yang pernah
diberikan (waktu, tenaga, pikiran, finansial). Melihatnya berdiri gagah di
garis finish pendidikan, segala beban terasa terangkat tuntas. Ini adalah
keharuan yang membebaskan.
4. Rasa Lega dan
Penantian yang Tuntas
Penantian panjang
sejak ia bayi, merangkak, berjalan, hingga kini mencapai puncak pendidikan
formal, terasa tuntas. Ada rasa lega yang menyejukkan karena ia telah memiliki
bekal ilmu yang kuat, siap untuk menjalani kehidupan profesional dan mandiri.
5. Harapan dan Doa
untuk Masa Depan
Perasaan ini sekaligus
menjadi sumber optimisme yang baru. Sebagai seorang ibu, kini muncul doa dan
harapan agar ilmu Gizi yang ia peroleh menjadi jalan keberkahan, bermanfaat
bagi banyak orang, dan membawanya pada kehidupan yang sukses, bahagia, dan penuh
integritas. Hati ini dipenuhi keyakinan bahwa ia akan menjadi agen kebaikan di
tengah masyarakat.
Nak, kelulusan
Sarjana Gizi ini adalah fondasi yang kokoh, sebuah pencapaian yang luar biasa,
dan Mamah dan Bapakmu sangat bangga. Namun, ingatlah: dunia profesional,
terutama di bidang kesehatan, menuntut lebih dari sekadar gelar sarjana. Penantian
masih terus diiringi doa-doa yang tulus. Kesuksesan ini harus menjadi pijakanmu
untuk lebih merunduk, lebih bersyukur, dan lebih taat. Teruslah pelihara
keimanan, agar setiap langkahmu sebagai Sarjana Gizi selalu dalam naungan
rahmat dan keberkahan-Nya. Aamiin.